bakabar.com, Jakarta - Rupiah ditutup menguat 143 poin atau 0,92 persen ke posisi Rp15.339 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.482 per dolar AS.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore menguat tajam seiring ekspektasi meredanya inflasi di Amerika Serikat.
"Pasar menunggu data yang secara umum diperkirakan akan menunjukkan pelonggaran lebih lanjut dalam inflasi AS," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pemerintah berencana merevisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam agar selaras dengan pertumbuhan ekspor dengan cadangan devisa, juga menopang rupiah.
"Pasar merespons positif kebijakan tersebut terutama soal aturan berapa lama devisa parkir di dalam negeri dan juga sektor-sektor baru yang juga harus menempatkan DHE di dalam negeri," ujar Ibrahim.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp15.459 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.285 per dolar AS hingga Rp15.464 per dolar AS.
Sementara itu, Data indeks harga konsumen AS yang akan dirilis malam ini diperkirakan akan menunjukkan bahwa inflasi mereda lebih lanjut pada Desember dari bulan sebelumnya. Hal itu akan menyebabkan langkah yang kurang hawkish dari Federal Reserve setelah kenaikan suku bunga yang cepat hingga 2022.
Pasar saat ini berekspektasi bahwa pelonggaran inflasi pada waktunya akan mendorong The Fed untuk menghentikan siklus kenaikan suku bunga saat ini. Mayoritas pasar saat ini memandang The Fed hanya akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan Februari.
Angka tersebut dipandang kecil dibandingkan langkah The Fed pada 2023 lalu. Hal itu mendorong turunnya minat pasar terhadap dolar AS saat ini.
Jika nanti malam IHK AS menunjukkan kenaikan, dapat mendorong ekspektasi The Fed bersikap lebih agresif dari yang sudah direncanakan dan dapat mengangkat dolar AS.
Namun jika inflasi mereda pada Desember, tetapi karena masih jauh di atas target tahunan bank sentral, juga dapat menimbulkan peringatan dari anggota Fed bahwa suku bunga masih bisa tetap lebih tinggi lebih lama.