bakabar.com, JAKARTA – Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi, melemah 12 poin atau 0,08 persen ke posisi Rp15.580 per dolar AS. Sebelummnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup menguat ke level Rp15.568.
Meski mengalami pelemahan, rupiah masih berpotensi mengalami penguatan lanjutan. Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan dibuka fluktuatif pada Selasa (10/1) dan ditutup menguat di rentang Rp15.540 sampai Rp15.630 per dolar AS.
Menurutnya Indonesia memiliki modal yang baik guna menghadapi 2023. Hal ituterlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sudah di atas 2019 atau periode sebelum pandemi Covid-19.
“Hal tersebut bisa terlihat dari indikator pemulihan ekonomi tumbuh secara merata seperti dari sisi permintaan serta investasi. Selain itu, Indonesia akan menghadapi tantangan yang berbeda di 2023, seperti kenaikan suku bunga setidaknya sampai 2024,” jelas Ibrahim.
Selain itu, arus dana keluar masih tetap tinggi dalam waktu dekat. Selain kenaikan suku bunga, Ibrahim mengatakan Indonesia perlu mitigasi untuk menghadapi resesi. Salah satu modal untuk menghadapi tantangan tersebut adalah cadangan devisa Desember 2022 yang bertambah US$3,2 miliar sehingga berada di posisi US$137,2 miliar.
“Cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” katanya.
Senada dengan itu, analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama menjelaskan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berpotensi menguat meskipun masih dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga The Fed.
Saat ini, pertimbangan bank sentral AS adalah pertumbuhan ekonomi AS yang kini sudah mulai melambat. "Untuk USD masih dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga The Fed, pasar menimbang apakah The Fed memperlambat laju kenaikan suku bunga dan berapa lama suku bunga tinggi ini dipertahankan," kata Revandra.
Revandra menilai suku bunga The Fed yang masih relatif tinggi menjadi penghalang bagi rupiah untuk menguat. "Namun, mengingat indeks dolar sudah menjauhi nilai tertingginya, rupiah tetap memiliki peluang untuk menguat," terangnya.
Pasar semakin ragu bahwa The Fed harus mengambil suku bunga di atas 5 persen untuk mendinginkan inflasi, karena efek dari kenaikan suku bunga yang agresif tahun lalu telah terasa dalam perekonomian. Investor saat ini memperkirakan suku bunga akan mencapai puncaknya sedikit di bawah 5 persen pada Juni mendatang.