bakabar.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah kembali loyo melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (12/4/2021), hingga melewati Rp 14.600/US$.
Sebelumnya rupiah sudah membukukan pelemahan dalam 8 pekan beruntun dengan total 4,37%.
Melansir data CNBC Indonesia, pada pukul 09:33 WIB, rupiah melemah 0,31% ke Rp 14.605/US$. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 3 November 2020 lalu.
Pada pekan lalu, indeks dolar AS sebenarnya mengalami penurunan nyaris 1%, tetapi tidak bisa dimanfaatkan rupiah untuk menguat. Saat indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini melemah, rupiah tidak bisa bangkit, apalagi sebaliknya. Indeks dolar AS pagi ini sudah menguat 0,12%, rupiah tentunya terpukul.
Data terbaru dari AS menunjukkan berlanjutnya pemulihan ekonomi. Jumat kemarin, indeks harga produsen (producer price index/PPI) dilaporkan meroket 4,2% pada bulan Maret.
Kenaikan tersebut merupakan yang tertinggi dalam lebih dari 9 tahun terakhir. Selain itu, kenaikan PPI mengindikasikan roda bisnis mulai semakin menggeliat, dan para wirausahawan mulai meningkatkan aktivitasnya.
Pelaku pasar bahkan mulai melihat peluang bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga di akhir tahun ini. Padahal ketua The Fed, Jerome Powell, berulang kali menegaskan suku bunga 0,25% akan ditahan setidaknya hingga tahun 2023.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat ada probalitas sebesar 10% The Fed akan menaikkan suku bunga menjadi 0,5% pada bulan Desember 2021. Meski probabilitas tersebut kecil, tetapi terus mengalami kenaikan.
Jika data ekonomi AS terus menunjukkan perbaikan, tidak menutup kemungkinan probabilitas tersebut akan semakin meningkat, yang bisa membuat dolar AS kian perkasa.