bakabar.com, JAKARTA – Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan ditutup menguat meski tertahan sentimen aksi demonstrasi penolakan terhadap UU Cipta Kerja.
Rupiah ditutup menguat 10 poin atau 0,07 persen menjadi Rp14.700 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.710 per dolar AS.
“Sentimen masih positif di regional, sementara pasar masih khawatir dengan situasi penolakan UU Cipta Kerja,” kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta dilansir Antara, Jumat (9/10).
Menurut Ariston, sentimen positif dari pembicaraan stimulus fiskal AS sebenarnya masih membayangi pergerakan aset berisiko di pasar keuangan hari ini. Stimulus AS diekspektasikan bisa membantu pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam di tengah pandemi.
Dolar AS pun terlihat melemah dengan sentimen positif ini. Nilai tukar regional juga terlihat menguat terhadap dolar AS.
Untuk pekan depan, lanjut Ariston, peluang penguatan rupiah masih terbuka asalkan pembicaraan stimulus AS mencapai kemajuan.
“Jadi pasar masih akan memantau pembicaraan stimulus AS ini. Selain itu, situasi yang membaik di dalam negeri juga bisa menopang penguatan rupiah,” ujar Ariston.
Selain itu, debat calon presiden AS pekan depan juga bisa mempengaruhi kekuatan dolar AS. Ariston menilai, kelihatannya pasar lebih positif apabila Joe Biden yang menang dibandingkan Donald Trump.
Ariston memperkirakan pekan depan rupiah bergerak di kisaran Rp14.600 per dolar AS hingga Rp14.850 per dolar AS.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp14.680 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.665 per dolar AS hingga Rp14.709 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.737 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.750 per dolar AS.