bakabar.com, BANJARMASIN - Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Abah Guru Sekumpul bersama Syekh Badruddin atau Tuan Guru H Ibad pernah bertamu pada Kiai Falak Bogor. Keduanya diberi masing-masing satu rida (selendang), berbeda warna. Apa maknanya?
Diceritakan Tuan Guru H Syaifuddin Zuhri, dua ulama besar asal Banjar itu suatu ketika bertamu ke kediaman Kiai Falak, seorang ulama perintis Nahdlatul Ulama di Bogor.
Saat bertamu ke kediaman ulama bernama lengkap Tubagus Muhammad Falak itu, Tuan Guru H Abdurrahman Ismail -ayah dari Tuan Guru Syaifuddin Zuhri- memperkenalkan Abah Guru Sekumpul dan Guru Ibad.
"Ini tokoh ulama Banjar," ucap Abah Guru Banjar Indah -Tuan Guru Syaifuddin Zuhri- menirukan perkataan Sang Ayah saat itu.
Oleh Kiai Falak, dua ulama tersebut diberi rida. Uniknya meski sama-sama diberi rida, warna kedua rida berbeda dan konon juga memiliki makna berbeda.
"Ente (kamu) urus pemerintahan (politik)," ujar Kiai Falak ketika memberikan rida berwarna coklat pada Guru Ibad.
Rida tersebut, kata Guru Banjar Indah, dipakai Guru Ibad ketika beliau dilantik sebagai anggota dewan. Seingat Guru, Jabatan terakhir beliau adalah Anggota DPA RI.
"Suatu ketika ada seorang yang berkata kepada Guru Ibad. Pian wayah ini jatuh banar guru ai (Anda sekarang dalam kondisi jatuh di masyarakat). Ujar Guru Ibad, 'unda handak tahu inggan mana jatuhnya unda (aku ingin tahu sampai di mana jatuhnya aku, red)'," kenang Guru Banjar Indah.
Kemantapan hati Guru Ibad, diungkapkan Guru Banjar Indah, adalah karena berdasar pada perintah dan bimbingan guru.
Sementara ketika memberikan rida berwarna hijau pada Abah Guru Sekumpul, Kiai Falak berujar, "Kamu, urus dunia sufi."
Jadi, sambut Abah Guru Banjar Indah, ulama yang berpolitik ada dalil, yang tidak berpolitik pun ada dalil. Yakni, ada perintah dan bimbingan dari guru.
Baca Juga: Mengingat 1976; Gemparnya Berita Guru Ibad Masuk Partai Penguasa, Seizin Ketua PBNU?
Baca Juga: Guru Ibad, Orang Dibalik Ditariknya Peredaran "Buku Kerohanian"
Editor: Muhammad Bulkini