Hot Borneo

Reka Ulang Pembunuhan Menwa Amuntai: Dihabisi, Dilecehkan, Rika Berkali-kali Berucap Takbir

apahabar.com, BARABAI – Detik-detik tewasnya Rika Safitri (20) tergambar jelas dalam reka adegan di markas Polres…

Featured-Image
Sejumlah relawan saat mengevakuasi jasad Rika dari sebuah pondok di kawasan hutan Haliu, Hulu Sungai Tengah. Foto: istimewa

bakabar.com, BARABAI – Detik-detik tewasnya Rika Safitri (20) tergambar jelas dalam reka adegan di markas Polres HST.

Kendati media ini tak dapat memantau langsung jalannya rekonstruksi 9 Juni itu, terungkap jika pembunuhan Rika digelar sebanyak 35 adegan.

“Diperankan langsung oleh tersangka Sandri (26),” ujar sumber terpercaya media ini, Jumat (17/6).

Reka adegan bermula pada Jumat 1 April atau sehari sebelum Rika tewas dihabisi. Ketika itu Sandri mendatangi rumah Rika di Amuntai bersama seorang rekannya. Kedatangannya untuk mengantarkan handphone yang hendak dibeli Rika.

Kala itu Sandri disambut hangat oleh ayah Rika. Ia disuguhi makanan, minuman bahkan diberi ongkos kiriman Rp100 ribu.

Sebab, ayah Rika merasa iba dengan cerita Sandri terkait masa lalunya. Sandri mengaku pernah dipenjara 16 tahun. Ia baru saja bebas. Itupun bebas bersyarat. Sandri juga bercerita mengenai ayahnya yang masih menganut kepercayaan lama.

Karena tak tega, ayah Rika kemudian menambah Rp50 ribu sebagai ongkos makan dan membeli rokok Sandri selama perjalanan pulang.

Namun, ayah Rika merasa ada yang janggal saat Sandri melontarkan sebuah pertanyaan terkait berapa jumlah saudara Rika.

Seolah-olah ia sedang memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan untuk berniat buruk. Sebab, diketahui Rika lima bersaudara yang semuanya merupakan perempuan.

Selain itu, mata Sandri juga kerap tertuju pada dua sepeda motor matik yang ada di pelataran rumah Rika. Di situlah kecurigaan ayah Rika menguat.

Di adegan selanjutnya, Sabtu 2 April, Rika kemudian bertolak menuju Barabai Darat. Ia tak sendiri sore itu melainkan ditemani seorang adiknya yang masih di bawah umur, ND.

Di Barabai Darat, Rika yang baru akan mengikuti bukber menwa itu kemudian diajak bertemu di rumah seorang rekan Sandri. Tujuannya, Rika hendak mengembalikan handphone yang kemarin dibelinya.

Sandri yang mulanya menyanggupi, tiba-tiba mengaku kekurangan uang. Rika kemudian diajak ikut ke rumah bos Sandri.

Mereka berdua kemudian berkendara menggunakan sepeda motor milik Rika 20 kilometer jauhnya menuju Tanah Habang. Sedang si adik ditinggal.

Namun bukannya ke rumah bosnya seperti yang dijanjikan, Rika justru dibawa menuju sebuah kebun yang jauh dari permukiman warga di Haliau.

Menginjak adegan ke-25 sampai 30 rekonstruksi, Rika kemudian berkali-kali memberontak saat Sandri berniat melecehkannya.

Adanya perlawanan membuat Sandri sempat kewalahan. Dengan gelap mata ia lalu memukul kepala Rika dari belakang dengan sebuah batu.

Lebih dari 10 kali dipukul, atlet pencak silat ini mulai tak sadarkan diri. Apalagi setelahnya Sandri menutup mulut dan mencengkram leher Rika. Namun dalam kondisi kritis, dengan lirik Rika masih sempat terdengar mengucap takbir.

“Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar,” ucap Rika lima kali mengucapkan takbir, seperti ditirukan Sandri saat rekonstruksi siang itu.

Sesuai adegan ke-33, barulah Sandri kemudian melepas celana PDL hijau yang dikenakan Rika, anggota resimen mahasiswa itu.

Selesai membunuh, Sandri berniat meninggalkan jasad Rika. Namun saat membuka jok sepeda motor, pada adegan 34, ia hanya mendapati sebuah jaket. Sandri lalu kembali untuk menutupi jasad Rika sebelum melarikan diri.

Sampai menginjak waktu tarawih, Rika tak kunjung kembali. ND yang hanya ditinggali handphone oleh Rika mulai panik. Sampai akhirnya ND kembali ke rumah dijemput saudaranya dan sekitar pukul 01.00 dini hari mereka melaporkan kehilangan Rika ke Mapolres HST.

Pencarian terhadap Rika mulai dilakukan. Sehari berselang menjelang waktu berbuka puasa, jasad Rika ditemukan oleh seorang pencari ikan. Terlihat kepala jasad sudah berlumuran bercak darah dikerumuni serangga. Celana Rika juga sobek.

Lantaran simbol Mahanata yang dipakai almarhumah saat meninggal, malam itu jajaran Komenwa Suryanata kemudian menggelar upacara pemakaman secara militer.

Sehari kemudian, polisi menggerebek sebuah indekos di kawasan Bintara, HST. Sayang Sandri sudah tak di tempat. Pemilik kos bilang Sandri sudah tak pulang sejak Sabtu atau tepat di hari hilangnya Rika.

Menerima laporan, Tim Resmob Polda Kalsel bergerak bersama Tim Satreskrim Polres HST mencari keberadaan Sandri. Mengendus keberadaan Sandri di Kalteng, tim gabungan kemudian berkoordinasi dengan Polda setempat.

Titik terang pencarian pembunuh Rika mulai terlihat di hari kesembilan. Atau ketika tim mendapati informasi keberadaan Sandri di Desa Muara Kurun.

Singkat cerita, Selasa 12 April sekitar pukul 07.30, tim gabungan berhasil mengamankan Sandri. Tak mudah untuk mengamankan pemuda bertato ini.

Sandri sempat mencoba berontak dan berteriak untuk memprovokasi warga setempat. Tak ayal sebutir timah panas dari tembakan petugas bersarang di kaki kanan residivis satu ini.

Selain menangkap Sandri, polisi turut menyita barang bukti utamanya sepeda motor Rika yang pelat nomornya telah berganti.

Atas aksi kejinya, Sandri yang juga residivis kasus serupa disangkakan tiga pasal sekaligus. Dari pencurian dengan kekerasan, pemerkosaan, dan yang terberat dalam pembunuhan berencana.

Terkait dakwaan kedua, polisi kabarnya masih menunggu bukti forensik dari Banjarmasin untuk secepatnya melimpahkan perkara ini ke kejaksaan.

“Saya sakit hati karena diminta membayar uang [pengembalian handphone] oleh korban,” ujar Sandri ketika ditanyai motif pembunuhan Rika oleh polisi.

Komentar
Banner
Banner