bakabar.com, PELAIHARI – Achmad Irwandi, bocah berbobot 125 kilogram asal Desa Kuringkit, Tanah Laut, batal dirawat di Rumah Sakit Ulin Banjarmasin.
Kabar itu disampaikan ayah Achmad saat dikonfirmasi bakabar.com, Rabu (04/11) sore tadi.
“Berdasarkan hasil pertimbangan kami bersama istri dan keluarga kami bawa pulang tadi malam sekitar jam 12,” tutur Mulyadi.
Sampai di Rumah Sakit Ulin Banjarmasin sore hari, ada serangkaian pemeriksaan termasuk darah. Termasuk pemeriksaan Covid-19. Dalam hasil itu ia dinyatakan reaktif.
“Kami pun terkejut, sebab saat di Rumah Sakit Hadji Boejasin Pelaihari non-reaktif begitu juga di Rumah Sakit Citra Borneo Medika Pelaihari dan pertama diperiksa di Puskesmas Panyipatan non-reaktif,” katanya.
Walaupun demikian, menurutnya bukan itu yang jadi kendala utama. Sebab walaupun reaktif bukan berarti positif Covid-19.
“Persoalannya akan ditempatkan di ruang karantina khusus yang hanya bisa dijaga 1 orang,” ujarnya.
Keluarga pun memohon agar Achmad bisa dijaga berdua. Supaya bisa bergantian.
Namun penjelasan petugas harus ada keluarga yang standby mengantarkan makanan setiap hari.
“Inilah yang menjadi kendala kami sebab kita ini jauh kampung keluarga juga tidak ada yang bisa mengantar makanan setiap hari. Akhirnya diputuskan dibawa pulang,” ujar Mulyadi.
Kondisi anaknya itu kata dia masih belum bisa bangun. Badannya sakit dan lemas.
“Tapi tadi malam dalam pulang ke rumah saat di Pelaihari meminta makan karena merasa lapar, akhirnya kami singgah di warung makan. Walaupun tidak bisa bangun lantaran badan lemah, mamanya menyuapi makanya lahap, “cerita Mulyadi.
Bahkan kata dia, saat ini kondisi Achmad tetap seperti semula. Hanya rebahan di pembaringan.
Achmad rencana akan dibawa ke RS Idaman Kota Banjarbaru esok.
Berdasarkan pemeriksaan sebelumnya di Rumah Sakit Borneo Citra Medika Pelaihari ada surat Rujukan dikeluarkan dokter yang memeriksa yakni dr I Gede.
“Rujukannya ke Rumah Sakit Idaman, semoga saja tidak seperti yang terjadi di Rumah Sakit Ulin. Walaupun nanti demikian akan kita pertimbangkan lagi bersama keluarga,” ujarnya mengakhiri.
Kabar batalnya Achmad Riswandi menjalani perawatan di Rumah Sakit Ulin Banjarmasin juga mengejutkan Kepala Dinas Ketahanan Tanah Laut.
“Saya belum tahu. Loh kenapa ya,” kata Hj Nina Sandra.
Tak Bisa Berdiri
Keceriaan Achmad pudar lantaran sakit akibat kelebihan berat badan. Dengan bobot 125 kilogram, siswa kelas 1 MTsN 7 Tanah Laut ini bahkan tak mampu lagi berdiri.
Pantauan bakabar.com, bocah 13 tahun ini sempat menjalani perawatan satu malam di RSUD Hadji Boejasin Pelaihari.
Terus merasakan sakit, bocah obesitas asal Desa Kuringkit, Kecamatan Panyipatan, Tanah Laut itu rencananya dirujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin, Selasa (3/11).
Didampingi ibu dan ayah sambungnya, siswa kelas 1 MTsN 7 Tanah Laut itu dirujuk ke Banjarmasin guna mengetahui pasti penyebab sakitnya.
“Jadi terpaksa dibawa ke Banjarmasin,” kata dr I Putu Ardika dokter RS Boejasin yang merawat Irwandi kepada bakabar.com.
Putu tak berani mendiagnosis sakit Irwandi sebelum mendapatkan hasil pemeriksaan utuh di Banjarmasin.
“Sementara peralatan medis yang lengkap hanya ada di RSUD Ulin,” ujarnya.
Selain menderita obesitas, gula darah dan kolesterol si bocah Irwandi juga tergolong tinggi untuk anak seusianya.
Pagi tadi, Kepala Dinas Kesehatan Tanah laut Nina Sandra sempat mengunjungi si bocah super jumbo.
“Kita akan terus memantau perkembangan penanganan Ahmad Irwandi,” ujar Nina.
Irwandi lahir normal dengan berat 3 kilogram. Ia mulai mengeluh sulit berdiri sejak dua bulan terakhir. Bahkan tidak dapat berdiri sebulan belakangan.
Padahal sebelumnya meski berbadan besar, ia masih dapat bermain dengan teman sebayanya.
Mardiah sang ibu menuturkan berat badan anaknya semula 125 Kg.
“Kini turun 10 kilogram karena sakit,” jelasnya.
Dalam kondisi normal, Irwandi bisa makan 3-4 kali dalam sehari.
“Bahkan kalau nambah nasi pun kadang sampai habis di dalam panci,” katanya
Waktu melahirkan dulu berat Irwandi 3 Kg. Perubahan berat badan mulai terjadi di usia 13 bulan.
Menariknya, evakuasi Irwandi menuju RSUD Boejasin kemarin lusa membutuhkan empat orang guna mengangkat tubuhnya ke ambulans.