bakabar.com, BANJARBARU - Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (MEM) se-Kalimantan mendatangi halaman Kantor Gubernur Kalsel, di Banjarbaru, Rabu (13/9) siang.
Mereka mengaku kecewa lantaran tak bertemu sebagai Gubernur Kalsel Sahbirin Noor atau yang akrab disapa Paman untuk menyampaikan aspirasi.
Ada beberapa tuntutan yang mereka sampaikan. Antara lain; isu soal kebakaran hutan dan lahan, infrastruktur, pendidikan dan kesehatan.
Koordinator aksi, Ahmad Sunir Ridha menyatakan tidak ingin bertemu yang lain selain Paman Birin.
"Padahal kami sudah jauh-jauh hari menyampaikan undangan aksi ini. Tapi mengapa Paman Birin tidak bisa hadir," sesalnya.
Baca Juga: Kritik Kinerja Pemerintah, Gabungan BEM Demo ke Setdaprov Kalsel di Banjarbaru
Mewakili Paman Birin, hanya ada Staf Ahli Bidang Hukum Sulkan, Asisten I Setdaprov Kalsel, Nurul Fajar Desira, Kepala Dinas ESDM Kalsel, Isharwanto.
Sulkan menyampaikan, Paman Birin saat ini berada di DPRD Kalsel rapat paripurna. "Beliau saat ini tidak ada di sini. Saya tidak tahu soal jadwal gubernur," katanya.
Bakar Ban
Karena tidak bertemu dengan gubernur, massa aksi pun membakar ban di halaman Setdaprov Kalsel.
Mereka juga menagih janji Paman Birin bahwa tidak ada lagi terjadi kebakaran hutan dan lahan.
Kemudian, mereka menuntut perbaikan insfrastruktur khususnya jalan di daerah. Menuntut hak masyarakat Meratus. Memperhatikan dan mengawasi perizinan tambang di Meratus.
Lalu memperhatikan keberlangsungan dan kelestarian alam Meratus. Menyuarakan aspirasi pemadam swasta/relawan yang memadamkan api dengan biaya pribadi.
Menuntut penuntasan kasus HAM di Kalsel, terkait meninggalnya seorang advokad yang tengah menelisik kasus tambang ilegal di Tanah Bumbu.
"Kami juga menuntut pertemuan berikutnya untuk berdiskusi dengan perangkat dan pimpinan instansi terkait," ujar koordinator aksi, Ahmad Sunir Ridha.
Mahasiswa juga mengancam akan turun aksi kembali pada 18 September mendatang di lokasi yang sama.
Menanggapi hal itu, Kabid Kedaruratan dan Kesiapsiagaan BPBD Kalsel, Bambang D Mulyadi, mengklaim penanganan karhutla di Banua sudah efektif.
Empat heli water bombing pun terus dioperasikan. Menurutnya, upaya pembasahan lahan juga telah dilakukan.
Faktanya, karhutla di Banua semakin mengganas. Kabut asap dari dampaknya sempat menghambat sejumlah penerbangan di Bandara Internasional Syamsudin Noor.
"Sudahkah pemerintah melakukan pemetaan, bencana ini terus belurang setiap tahun," sahut Kisworo Dwi Cahyono, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel.
Dengan berulangnya kasus karhutla di setiap tahun, Kis pun mencatut jika pemerintah masih gagap.
"Pemerintah masih belum mampu memperkecil dampak dari kathutla. Terjadi hambatan penerbangan yang ditimbulkan dari karhutla selalu menjadi momok bagi Banua," tegasnya.
Lahan-lahan yang terbakar juga menjadi pertanyaan. "Apakah itu punya korporasi, perorangan dan lain-lain. Apa pemerintah sudah menginventarisir?" tanya Kis.