LIFESTYLE

Radio Braille Surabaya, Media Inklusif Pertama Sepanjang Sejarah

Lembaga Pemberdayaan Tunanetra (LPT) luncurkan media inklusif alternatif pertama di Indonesia. Radio Braille Surabaya (RBS) resmi diluncurkan pada Sabtu (3/12)

Featured-Image
Proses pembuatan konten oleh tim redaksi RBS. Foto: AJI Surabaya.

bakabar.com, JAKARTA - Sadari terbatasnya ruang untuk suarakan hak-hak disabilitas di media massa, Lembaga Pemberdayaan Tunanetra (LPT) memprakarsai lahirnya media inklusif alternatif pertama di Indonesia.

Radio Braille Surabaya (RBS) resmi diluncurkan pada Sabtu (3/12) di Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB) Jalan Gebang Putih No.5, Surabaya. 

Diinisiasi oleh pengajar YPAB yang aktif di LPT, Radio Braille mengemban misi mulia, yakni mengadvokasi isu-isu disabilitas yang selama ini jarang dilirik oleh media arus utama.

Mereka adalah Tutus Setiawan, Atung Yunarto, Hanan Abdullah, dan Sugihermanto. Sejak berdirinya pada 2003 LPT banyak bekerja dalam ranah pendidikan, riset serta advokasi.  

"Nah, di tahun 2022 ini, kami ingin memiliki 'anak' yaitu Radio Braille Surabaya (RBS). Ini supaya program-program di LPT bisa disebarluaskan sehingga masyarakat jadi tahu," ujar Pimred RBS, Tutus Setiawan saat acara peluncuran, Sabtu (3/12).

Gagasan ini muncul karena melihat pentingnya membawa gerakan pada level yang berbeda, juga agar disabilitas tidak hanya ditengok saat memenangkan kompetisi Paralympic atau prestasi tertentu saja. "Tapi banyak sisi yang bisa dieksplor, apalagi ini menjelang Pilpres 2024. Apakah politik berpihak pada disabilitas, atau tidak," katanya.

Koordinator Produksi RBS, Sugihermanto menjelaskan soal pemilihan platform YouTube untuk distribusi konten-konten RBS dibandingkan kanal-kanal radio yang lain.

"Kami pilih video pertimbangannya ialah pengguna YouTube lebih besar ketimbang media lain. Misal, mencari tutorial, kita tidak akan mencari di FaceBook, media online, dan sebagai, tapi justru di YouTube," katanya.

Ia menungkapkan RBS ingin menyerap pengguna YouTube yang besar dengan perspektif disabilitas. Tidak hanya menampilkan sisi lemah disabilitas, namun RBS berupaya angkat sisi yang lain.

Sementara itu inisiatif pendirian RBS didukung penuh oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya. Seperti memberikan pelatihan dasar-dasar jurnalistik, penggalian data, dan distribusi konten.

Eben Haezer, Ketua AJI Surabaya, mengucapkan selamat kepada RBS yang berhasil diluncurkan sore ini. Ia merasa pelatihan jurnalistik untuk tunanetra memiliki keistimewaan ketimbang memberi pelatihan untuk peserta umum. Terlebih lagi, rekan-rekan LPT langsung yang meminta AJI Surabaya membekali ilmu jurnalistik.

"Inisiatif mendirikan media inklusif ini justru muncul dari mereka. Inisiatif dari mereka inilah yang jadi modal penting," papar Eben.

Lebih lanjut disampaikannya bahawa selama 3 bulan menjalani masa pelatihan, mereka tekun dan termotivasi setiap Jumat melakukan pelatihan.

"Ada banyak materi pelatihan, tapi di sini kami beri pelatihan baru. Seperti latihan pernafasan, karena mereka akan berbicara juga," imbuhnya.

Eben juga mengakui jika stigma disabilitas di masyarakat masih tinggi, sehingga ketika nama media disabilitas terdengar maka yang muncul hanyalah kasihan.

"Jadi alasannya mengapa media ini disebut media inklusif, karena yang dinilai adalah keterampilannya. Kami akan melibatkan dari kawan-kawan tunarungu, tunadaksa, dan lain-lain, sehingga bisa beri ruang untuk publik untuk kontribusi." tutupnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner