bakabar.com, BANJARBARU - Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Kalimantan Selatan mencatat kebutuhan daging sapi mencapai 7.135.295 kilogram per tahun. Atau setara dengan 57.645 ekor sapi.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Kalsel membutuhkan populasi sapi sebanyak 260.389 ekor, dengan jumlah indukan mencapai 53.889 ekor.
Namun, saat ini jumlah indukan yang tersedia baru 31.486 ekor. Sehingga masih terdapat kekurangan sekitar 22.403 ekor. Untuk mengatasi hal ini, pemprov gencar mengembangkan sistem integrasi kelapa sawit-sapi berbasis kemitraan usaha inti plasma atau dikenal sebagai Siska Ku Intip.
Program ini menargetkan pembentukan 50 klaster hingga tahun 2029 guna mempercepat swasembada sapi di Banua.
"Saat ini, sudah terbentuk 26 klaster. Jika setiap klaster dapat mengintervensi 1.000 ekor indukan, maka dengan total 50 klaster nantinya akan tersedia 50.000 ekor indukan sapi," papar Kepala Disbunnak Kalsel, Suparmi, Rabu (5/2).
"Guna membentuk klaster-klaster berikutnya, kami mengusung pola investasi yang melibatkan investor dari dalam maupun luar daerah," imbuhnya.
Saat ini, sebanyak 14 klaster yang telah memiliki profil investasi, sementara sisanya masih dalam tahap penyusunan.
Dengan upaya ini, pemerintah daerah berharap dapat memenuhi kebutuhan daging sapi secara mandiri. Termasuk mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah.