Nasional

Profil Sukmawati Soekarnoputri yang Pindah Agama ke Hindu

apahabar.com, JAKARTA – Putri Presiden Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri akan menjalani ritual pindah agama dari Islam ke…

Featured-Image
Sukmawati Soekarnoputri akan menjalani ritual pindah agama dari Islam ke Hindu. Foto-Istimewa

bakabar.com, JAKARTA – Putri Presiden Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri akan menjalani ritual pindah agama dari Islam ke Hindu.

Pelaksanaan ritual tersebut akan digelar di Kawasan Sukarno Center Heritage di Bale Agung Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, pada Selasa (26/10) mendatang.

Berikut profil Sukmawati Soekarnoputri yang dikutip fari CNN Indonesia:

Sukmawati Soekarnoputri merupakan anak Soekarno yang memiliki jejak karier di bidang seni. Ia mencoba memadukan dunia seni dengan politik sama seperti yang dilakukan Soekarno semasa hidup.

Hal ini berbeda dengan pilihan karier kedua kakaknya yakni Megawati Soekarnoputri dan Rachmawati Soekarnoputri yang memilih fokus di dunia politik.

Minat seni Sukmawati yang lahir di Jakarta 26 Oktober 1951 ini telah dipupuk sejak usia muda.

Setelah menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 1969, Sukmawati melanjutkan pendidikannya ke Akademi Tari di LPKJ, Jakarta. Ia lulus pada tahun 1974.

Beberapa tahun kemudian, Sukmawati memutuskan untuk terjun ke panggung politik pada 1998 dengan membangkitkan kembali Partai Nasional Indonesia (PNI) di bawah nama baru PNI Soepeni.

Dalam pemilihan umum tahun 1999, partai ini hanya memperoleh 0,36 persen suara.

Akibat performa yang kurang baik, partai ini kemudian berganti nama menjadi PNI Marhaenisme pada 2002 dengan posisi ketua umum dijabat oleh Sukmawati.

Dalam pemilihan umum 2004, partai ini hanya mampu mengamankan satu kursi di pemerintah setelah memperoleh 0,81 persen suara. Hingga pada pemilihan umum 2009, partai ini kehilangan kursi di pemerintah usai memperoleh 0,3 persen suara.

Pada 2011 silam, Sukmawati yang rehat dari dunia politik meluncurkan buku bertajuk Creeping Coup D’Tat Mayjen Suharto. Buku ini berisi kesaksian sejarah kehidupannya selama 15 tahun di Istana Merdeka.

Buku itu banyak mengungkap kehidupan Sukmawati sejak dilahirkan di Istana Merdeka ketika sang ayah masih menjabat sebagai presiden hingga usianya menginjak remaja. Sukmawati juga memberikan kesaksian bahwa Soeharto telah mengkudeta ayahnya pada 1965-1967.

Menurut Sukmawati, saat itu Pangkostrad Mayjen Soeharto beserta anggota militer lainnya menggunakan Surat Perintah 11 Maret 1966 untuk menggulingkan Presiden Soekarno dan mengantarkannya menjadi presiden.

Di sela-sela karier politiknya, Sukmawati juga seorang penggiat seni. Ia menyukai seni tari, lukis, dan sastra.

Ketertarikan Sukmawati terhadap dunia seni membuatnya sering berkumpul dengan teman sesama seniman di Taman Ismail Marzuki.

Tak hanya itu, Sukmawati juga kerap tampiil dalam berbagai acara seni. Salah satunya, dia tampil membacakan puisi karyanya bertajuk Ibu Indonesia dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018.

Namun, puisi tersebut mengundang kontroversi dan dinilai mengandung unsur penistaan agama karena membandingkan cadar dan konde serta suara azan dan kidung atau nyanyian.

Alhasil, Sukmawati dilaporkan oleh sejumlah ormas dari berbagai kalangan termasuk ACTA dan GNPF atas dugaan penistaan agama.

Di luar urusan politik dan seni, Sukmawati diketahui pernah menikah dengan Putra Mahkota Kadipaten Mangkunegaran yaitu Pangeran Sujiwa Kusuma atau mendiang Kanjeng Gusti Pangeran Adhipati Aria (KGPAA) Mangkunegara IX.

Mereka bercerai setelah beberapa tahun berumah tangga. Dari pernikahan singkat itu, mereka dikaruniai dua anak yakni GPH Paundrakarna Sukma Putra dan GRA Putri Agung Suniwati (Menur).

Sukmawati lalu menikah dengan Muhammad Hilmy bin Al Haddad dan memiliki seorang anak bernama Muhammad Putra Perwira Utama.

Setelah Muhammad Hilmy meninggal pada 2018 lalu, Sukmawati tidak banyak tampil di publik.

Hingga baru-baru ini, kabar Sukmawati menjalani ritual pindah agama dari agama Islam ke Hindu tersiar di publik.

“Iya benar itu. Acaranya di Bali pada tanggal 26 Oktober 2021, Minggu depan,” kata Kepala Sukarno Center di Bali Arya Wedakarna sekaligus penanggung jawab acara, saat dihubungi Jumat (22/10).



Komentar
Banner
Banner