RAUNG sirine mobil memecah keheningan pagi di Jalan Ahmad Yani, Kilometer 23, Landasan Ulin, Kota Banjarbaru. Bukan ambulans yang mengantarkan pasien sakit. Melainkan alarm kebakaran.
Yang terbakar ialah Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Falah, Banjarbaru. Kebakaran begitu menyentak perhatian publik. Belum lagi selesai menanggulangi api, pengurus juga sibuk memulangkan santri.
Al-Falah memiliki sejarah panjang penyebaran islam di Kalsel. Ponpes ini diprakarsai Al-Mukarram KH Muhammad Tsani atau yang lebih dikenal dengan sebutan Guru Tsani, seorang ulama dan mubalig sekaligus pejuang islam. Namanya tersohor di tanah Kalimantan, Jawa, Riau bahkan Malaysia. Sejarah mencatat, KH Muhammad ayah daripada Guru Zuhdi juga pernah memimpin ponpes yang dikenal dengan pembelajaran kitab kuning model kaji duduk ini.
Pasca-terbakar, kepedulian mengalir deras. Dari para alumnusnya, para relawan pemadam kebakaran, kepala daerah, ada juga dari pengusaha batu bara ternama Kalsel, Zaini Mahdi atau akrab dikenal Haji Ijai. Sedikit mengenai Haji Ijai, sosok satu ini memang dikenal ringan tangan.
Di awal pandemi lalu, ia juga turun tangan. Sekolah Sepakbola (SSB) Binuang miliknya disulap menjadi fasilitas karantina. Dua keluarga dari Gowa, klaster awal penyebaran Covid-19 di Kalsel telah merasakan ‘hotel’ ala SSB Binuang itu.
Namun, sosok satu ini terkesan low profile. Kerap menghindari sorotan media massa. "Tolong jangan dimuat, beliau tidak mau diberitakan," ujar salah satu perangkat kecamatan di Tapin menanggapi pemberitaan mengenai SSB Binuang kala itu.
Pun, saat membantu Ponpes Al-Falah. Sumbangan Haji Ijai dan anaknya itu diserahkannya lewat perantara. Namun, tetap saja bantuan tersiar luas. Mengingat dalam bentuk duit tunai. Yang segepok itu. Yang nilainya mencapai Rp300 juta.
Tak hanya Haji Ijai. Bantuan seorang pria bernama Ricky juga tak kalah menyorot perhatian. Pegawai PLN satu ini bahkan merelakan untuk menjual rumahnya seharga Rp170 juta. Uang hasil penjualan bakal ia donasikan untuk Ponpes Al-Falah.
Salat Subuh Berjemaah Selamatkan Ratusan Santri Al-Falah Banjarbaru dari Kebakaran
Hari ini, salah satu bangunan utama ponpes yang dibangun 9 Juni 1974 itu tinggal puing reruntuhan. Kebakaran Ponpes Al-Falah bermula pada Kamis 15 Juli ketika mayoritas santri salat subuh berjemaah. Sekitar pukul 05.00 lewat, sejumlah santri yang berjaga melihat kobaran api dari gedung berlantai dua milik asrama putra.
Versi polisi, api dari korsleting sambungan dispenser milik salah satu asrama putra. Amukannya melumat habis empat gedung; 9 asrama putra, 12 kelas belajar, wartel santri, ruang osis hingga toko kitab. Kerugian ditaksir lebih Rp2 miliar.
Pengurus kini fokus penanganan pascakebakaran. Salah satunya merelokasi santri. Sebagian besar telah pulang ke kampung halaman. Puluhan lainnya masih bertahan. Momen liburan memudahkan pengurus menata ulang kembali sistem belajar-mengajar.
Viral! Foto Tuan Guru Muhammad Sani Pendiri Ponpes Al Falah Tidak Hangus Dijilat Api
Namun, selepas libur, bisa dipastikan hanyalah aula bekas bangunan terbakar yang tersisa. Sampai bangunan baru terbangun, belum ada alternatif lain untuk ruang santri putra. Ruang makan dekat asrama terbakar bakal disulap jadi tempat tidur santri. Sementara, ruang belajarnya masih mencari-cari. Opsi utamanya emper musala atau masjid sekitar.
Al-Falah memiliki 1.800 santri. Itu belum santri putri yang ruang kelas-asramanya aman dari amukan api. Belum juga termasuk santri ajaran baru 2021-2022 yang jumlahnya 550 orang itu. Bisa dibayangkan momen masuk santri 25-26 Juli nanti. Emperan masjid atau musala sekitar Al-Falah bakal dipenuhi santri-santri secara bergantian membaca kitab kuning.
Saat kebakaran hebat santri putra berada di masjid. Praktis, hanya tersisa baju di badan mereka. Sementara peralatan belajar-mengajar juga ludes terbakar bersama asrama-ruang kelas mereka. Totalnya mencapai 574 set meja-kursi milik santri-ustaz, belasan lemari, 12 papan tulis, pakaian hingga kitab-kitab.
Asa membangun ulang Ponpes Al-Falah muncul sekalipun bakal tak semudah bak membalikkan telapak tangan. Sampai hari ini, total bantuan terkumpul mencapai Rp4,5 miliar. Ada yang menyerahkan langsung, banyak juga via rekening resmi yayasan.
Jika dulu para muasis mendirikan ponpes memanfaatkan kawasan hutan, yang penduduknya sedikit, yang belum banyak dilalui kendaraan bermotor, kini butuh tak kurang dari Rp8 miliar membangun ulang bangunan ponpes bersejarah itu.
Membangun ulang ponpes tak mungkin mengandalkan uluran tangan para dermawan semata. Jika demikian, bakal butuh banyak orang seperti Haji Ijai, atau Ricky. Atau seperti Wali Kota Aditya Mufti Ariffin yang langsung turun tangan bersama wakil-jajarannya menjelang siang selepas kebakaran.
Namun bantuan sekecil apapun kini menjadi bagian penting men-trigger pemerintah atau masyarakat daerah lain membantu pemulihan Ponpes Al-Falah. Agar ponpes binaan mendiang Guru Tsani bisa terus eksis. Agar bisa terus mengirim lulusan terbaiknya ke luar negeri.
Ya, tak banyak ponpes memiliki ‘kemewahan’ seperti Al-Falah. Yang setiap alumnus aliyah-nya [SMA] bisa langsung diterima di Al-Azhar Univercity Mesir tanpa melalui tes, seperti 2009 silam.