bakabar.com, BANJARMASIN – Polemik pengelola Makam Sultan Suriansyah Kota Banjarmasin terus bergulir. Terbaru dari pihak kubu juriat angkat bicara, Jumat (9/7).
Gusti Nur Aina yang merupakan keturunan Sultan Suriansyah ke 15 mengakui telah mengelar rapat koordinasi bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin dan seluruh kubu.
Di mana rapat koordinasi tersebut berakhir dengan keputusan bersama untuk menyerahkan pengelolaan makam Sultan Suriansyah pada Pemko Banjarmasin.
“Terakhir pada 7 Juli itu kita sudah rapat setengah kamar. Hingga akhirnya kita sepakat menyerahkan ke Pemkot Banjarmasin,” ujarnya.
Nur Aina menilai aksi demo yang dilakukan kubu H Maulana adalah bentuk ketidakpuasan atas hasil kesepakatan bersama tersebut, karena masih bersikeras ingin mengelola sendiri. Aksi demo tersebut berlangsung di Balai Kota Banjarmasin pada Kamis lalu (8/7).
“Terlihat mereka masih bersikeras ingin mengelola sendiri meski kemarin sudah deal dan ditandatangani” ucapnya.
Pihaknya juga kecewa atas tuntutan dari H Maulana yang mempertanyakan silsilah keturunan zuriat Sultan Suriansyah kepada mereka.
“Tidak perlu pembuktian dengan test DNA dan lainnya. Toh sejarah juga telah dijelaskan. Mereka kurang membaca makanya kami minta mereka baca sejarah dulu,” tuturnya.
Sementara itu, Gusti Syarif menambahkan bahwa sebelumnya sempat diputuskan kepengurusan makan Sultan Suriansyah untuk dibentuk dalam sistem formatur dan sempat disepakati. Namun hasil tersebut kembali dipermasalahkan hingga kesepakatan tersebut dibatalkan.
Kemudian kembali mengelar rapat pada 7 Juli bersama Dinas kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banjarmasin.
“Dibentuk formatur itu dibatalkan karena dari kubu itu tidak terima Gusti Nur Aina sebagai Ketua kepengurusan sedangkan beliau hanya Wakil sehingga kita rapat lagi dan putuskan diserahkan saja pada Pemko,” paparanya.
Maka dari itu pihaknya sangat kecewa dengan tindakan yang dilakukan H Maulana yang kembali memperumit polemik makan Sultan Suriansyah ini.
Padahal menurutnya dengan keputusan terakhir tersebut, polemik ini bisa berakhir dengan baik dan dikelola bersama-sama.
“Dengan diserahkan ke pengelolaan ke Pemko maka permasalahan ini berakhir. Tidak ada lagi kubu-kubu tapi bersama-sama kita kelola,” tandasnya.
“Kalau diperumit seperti ini, gimana makam Sultan Suriansyah bisa dilakukan pembangunan untuk lebih baik,” lanjutnya.