bakabar.com, BANJARMASIN – Saat tiba-tiba mesin mati, dua kali kapal motor (KM) Ladang Pertiwi dihantam ombak besar hingga karam tepat Kamis dini hari (26/5).
Hantaman pertama hanya membuat kapal oleng. Kapal miring ke kiri. Seluruh penumpang lalu bergerak ke kanan mengimbangi.
Beberapa penumpang yang mayoritas pedagang mencoba berlari mencari posisi sambil berharap kapal bisa kembali stabil.
Namun nahas ombak kedua membuat KM Ladang Pertiwi benar-benar tenggelam di tengah lautan.
Dari total 42 penumpang, 17 di antaranya berhasil menyelamatkan diri keluar kapal sebelum tenggelam.
Kebanyakan mereka tercerai-berai saat malam hari di mana situasi minim cahaya.
"Masih banyak lansia (lanjut usia) yang belum bisa terselamatkan, mereka tenggelam bersama kapal," cerita M Hidayatullah.
Beruntung, Hidayatullah dan dua orang lain berhasil menemukan lima buah papan triplek berukuran 7×4 meter.
Alat itu mereka gunakan untuk bertahan hidup di tengah lautan selama kurang lebih 16 jam. Tanpa ada bantuan. Belum lagi, stok logistik yang sangat kurang.
Satu botol air mineral berukuran kecil dibagi bertiga.
“Hanya dengan itu kami bertahan," ujarnya.
Sementara Hidayatullah, Syamsir (41) berhasil selamat dari maut berkat styrofoam atau gabus. Berjam-jam Syamsir bertahan di tengah lautan dengan bantuan alat minim tersebut.
Gabus yang terbatas membuat banyak penumpang rebutan. Bahkan beberapa harus dirobek agar yang lain bisa kebagian.
Selama di tengah lautan, Syamsir sempat pasrah sembari berdoa berharap ada keajaiban.
"Hanya istigfar, jika tuhan sudah menghendaki, kita bisa apa," ujarnya.
Jumat (27/5) menjelang pagi, satu buah Kapal Tunda atau Tugboat (TB) Sabang 25 melintas di perairan tersebut. 17 penumpang itu akhirnya berhasil dievakuasi.
Hasil temuan Kantor Syahbandar Makassar, kapal yang mengangkut 42 penumpang tersebut rupanya hanya tercatat sebagai kapal niaga.
“Tidak memiliki izin berlayar,” ujar Koordinator Posko Kantor Cabang Utama Syahbandar Makassar Nufrizal Atmakaesa kepada awak media.
Tak cuma itu, KM Ladang Pertiwi juga tidak melapor Syahbandar sebelum bertolak ke Pangkep.
Syahbandar Makassar mengaku perlu mendahulukan keselamatan seluruh penumpang kapal terlebih dahulu.
"Akan di-BAP dulu nahkodanya apabila nakhoda diselamatkan, nanti Mahkamah Pelayaran yang menentukan apakah ada unsur pidana nanti ada keputusannya di situ," katanya.
Hingga Minggu malam (29/5), masih banyak penumpang KM Ladang Pertiwi yang belum ditemukan.
Untuk mencari keberadaan sisa 25 korban, Basarnas memperluas areal pencarian dari 10 nauticalmiles (NM) menjadi 15 NM.
“Kita berdoa dengan banyaknya alut [alat] yang difungsikan, operasi, semoga segera ketemu," ujar Kepala Basarnas Sulsel Djunaidi, Minggu (29/5).
KM Ladang Pertiwi mengangkut total 42 orang. Sebanyak 35 orang merupakan penumpang. Sedang sisanya awak kapal.
Dari 42 penumpang, baru 17 yang telah ditemukan. Mereka dievakuasi secara bertahap sejak Sabtu (28/5). Ada yang ke Banjarmasin lalu Kotabaru, ada pula ke Takalar.
Banyak nelayan yang membantu operasi pencarian. Termasuk TNI AL dengan empat KRI, Polairud, kapal Basarnas.
“Semoga 25 korban bisa ditemukan secepatnya," ucapnya.
Lantas, apa penyebab matinya mesin kapal?
Kabar tenggelamnya KM Ladang Pertiwi sudah terdengar ke telinga Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Budi meminta Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) turun tangan.
"Saya akan tugaskan Dirjen Laut dan KNKT untuk menyelidiki [penyebab tenggelam]," ujar Budi yang mendapat kabar langsung dari Gubernur Sulsel Andi Sudirman di Makassar, Sabtu (29/5).
Analisis sementara kapal diduga kehabisan BBM. “Untuk analisa sampai ke situ bisa jadi karena kami sempat lihat video korban selamat ada informasi bahwa BBM habis,” ujar Kepala Siaga Basarnas Makassar Ardiansyah.