bakabar.com, BANJARMASIN – Usai mengantar jasad sang suami ke liang kubur, Sonia masih mengenakan baju serba hitam. Mengisyaratkan kedukaan dalam hatinya.
Sembari membelai sang anak yang masih berusia 1 tahun 11 bulan, Sonia sesekali menangis.
Ingatan saat sejumlah polisi menyeret tubuh suaminya lantaran diduga mengedar narkotika jenis sabu masih membekas di benaknya.
Subhan, warga Pekapuran itu dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu, 11 Juni 2022, dini hari tadi oleh pihak RS Bhayangkara Banjarmasin.
Keluarga merasa kematiannya sarat akan kejanggalan. Pasalnya, di tubuh pria 31 tahun ini didapati sejumlah luka hingga lebam.
Bermula pada Jumat, 3 Juni 2022. Sore hari itu rumah Subhan digerebek belasan hingga puluhan polisi berpakaian sipil. Mereka mengaku dari satuan reserse narkoba Polres setempat.
Kedatangan mereka untuk meringkus Subhan lantaran diduga mengedar serbuk kristal bening. Singkat cerita, buruh bangunan itu ditangkap. Tanpa perlawanan.
Namun polisi terus saja menyeret dan memukulinya. Ia dipukuli di hadapan istri dan anaknya yang masih berusia 3 tahun.
Mereka terus mendesak ayah dua anak itu memberitahukan tempat dia menaruh sabu-sabu.
“Warga sekitar juga melihat betapa ngerinya suami saya dipukuli,” lirih wanita 29 tahun ini.
Jangan Lupakan Kasus Sarijan, Kakek Teluk Tiram yang Tewas dalam Penggerebekan Polisi
Ketika itu, Sonia juga melihat jika suaminya sempat minta ampun kepada para polisi.
“Mati saya pak, mati saya pak,” ujar Sonia menirukan ucapan Subhan saat ditangkap.
“Saat hendak dibawa pakai motor, seperti terlihat ingin pingsan.”
Selesai membawa Subhan pergi, sekitar 5 polisi kembali ke rumah. Mereka mencari barang. Seisi rumah digeledah.
“Kalau di rumah tidak ada apa-apa. Tapi sepertinya dapat di luar,” Sonia sembari menyapu air mata.
Keluarga kini hanya bisa pasrah. Tak bisa apa-apa. Selama ditahan, keluarga juga tidak dibolehkan menjenguk.
“Anak saya yang 3 tahun itu sampai bilang papahku meninggal dipukul polisi,” ceritanya.
“Alasan macam-macam, katanya pengembangan kasus dan lain-lain. Selalu ditolak,” kisahnya.
Surat perintah penangkapan Subhan, aku Sonia, juga belum diterima sampai saat ini.
Hingga tiba sekira pukul 01.00, salah seorang polisi mendatangi rumah keluarga Subhan. Dia meminta Sonia untuk ikut ke RS Bhayangkara Banjarmasin.
“Ada yang mau dijelaskan,” kata polisi itu ke Sonia.
Tak disangka, di sana Sonia melihat suaminya terbujur kaku. Sudah tak bernyawa. Luka lebam memenuhi tubuhnya, selaras dengan foto jasad Subhan yang ditunjukkan Sonia ke jurnalis media ini.
Polisi bilang jika Subhan meninggal karena penyakit jantung. Keluarga jelas tak mau percaya begitu saja.
Jasad Subhan pun dibawa ke RS Ulin Banjarmasin. Keluarga meminta jasad Subhan diperiksa lebih lanjut.
Namun permintaan itu tidak bisa diterima pihak rumah sakit. Dalihnya tidak ada surat permintaan dari kepolisian.
Sehingga dengan berat hati, jasad Subhan langsung dibawa pulang ke rumah untuk disemayamkan.
“Kami tidak bisa menunggu lebih lama. Tidak mungkin mayat jika terlalu lama didiamkan,” katanya.
Kini jasad Subhan telah dikubur di pemakaman yang berada di kawasan Sungai Jingah Banjarmasin Utara.
Sampai saat ini kesedihan dan trauma masih membayangi Sonia beserta keluarga. Termasuk dua anaknya yang masih balita.
“Anak saya yang 3 tahun itu sampai bilang papahku meninggal dipukul polisi,” ceritanya.
“Dua hari sebelum suami saya meninggal, dua anak saya selalu cerewet,” lanjutnya.
Yang membuatnya makin kesal, sebelum meninggal, ujar polisi ke Sonia, Subhan sempat dilarikan ke RS sebanyak dua kali. Tapi lagi-lagi keluarga tak pernah diberitahu.
“Ada juga kawan yang memberitahu jika selama ditahan, suami saya tidak bisa berdiri gegara dipukuli. Namun saat hendak dijenguk selalu tidak bisa,” kisahnya.
Sonia kini bingung harus menjadi tulang punggung keluarga dan memberi nafkah kepada dua anaknya yang masih balita.
Tak cuma Sonia. Kesedihan mendalam tergambar jelas di benak ibu Subhan, Noorliyan. Wanita paruh baya itu menangis sesenggukan saat mengenang Subhan.
Subhan, kata sang ibu, merupakan anak yang sangat berbakti. Taat kepada kedua orang tua.
Noorliyan lantas masih sakit hati. Dia tak terima jika memang benar anaknya mati tidak wajar.
Keluarga telah sepakat akan melaporkan kejadian ini ke pihak yang berwenang untuk mengusut tuntas kematian Subhan.
Lantas apa kata kepolisian? Dikonfirmasi, Kapolresta Banjarmasin, Kombes Sabana Atmojo tak memberi keterangan gamblang soal kematian Subhan.
“Silakan tanyakan ke dokter yang menangani agar jelas sebab musababnya karena menyangkut kesehatan,” singkatnya.
Sampai berita ini ditayangkan, bakabar.com masih terus melakukan penelusuran terhadap dokter yang dimaksud oleh Kombes Sabana.