bakabar.com, BANJARMASIN - Angka swing voters atau disebut juga pemilih mengambang karena belum menentukan sikap dalam pemilihan umum (Pemilu) 2019, masih cukup tinggi.
Di Kalsel, beda dengan floating voters, suara pemilih yang memungkinkan untuk berubah haluan angkanya lebih besar, mencapai 30 persen. Angka itu bahkan lebih besar dari nasional yang hanya 13,5 persen.
“Setiap pilihan memungkinkan berubah, namun tergantung tingkat kemantapan pilih terhadap pasangan calon (Paslon),” ucap Direktur Lembaga Survei Banua Meter, Taufik Arbain kepada bakabar.com, Jumat (22/3/2019).
Kedua kelompok itu, kata dia, kemungkinan berada di kubu Paslon 01 maupun di Paslon 02. Bahkan juga, berada di kelompok floating voters. Apa penyebab tingginya swing voters di Kalsel?
Yang pertama masifnya kampanye oleh kedua paslon. Baik dengan pola konvensional, media sosial maupun media massa.
Baca Juga: Pilpres 2019: Floating Voter Kalsel Dominan Milenial
Bukan hanya itu, swing voter bisa terjadi apabila ada peristiwa penting. Semisal, tertangkapnya mantan Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy. Kejadian ini tentu mengguncang psikologis pemilih.
“Itu memungkinkan swing voters akan menguat ke Paslon 02. Sebab berdasarkan lembaga survei, kontribusi PPP terhadap Jokowi hanya berada pada angka 40 persen,” cetusnya.
Demikian pula di Paslon nomor urut 02. Swing voters bisa saja terjadi apabila ada kasus yang menimpa partai pendukung mereka. Atau peristiwa kontra-produktif semisal, kasus emak-emak yang menyebar hoaks dan ujaran kebencian.
“Intensitas masyarakat dalam menonton debat capres dan cawapres akan memengaruhi,” tegasnya.
Hal lain, kata dia, yakni elektabilitas kedua paslon. Di Banua, sebut dia, pemilih Prabowo-Sandi dominan berada di dapil Kalsel 1. Dapil tersebut meliputi 8 kabupaten, yakni Barito Kuala (Batola), Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Tengah (HST), Hulu Sungai Utara (HSU), Balangan, dan Tabalong.
Sedangkan, pemilih Jokowi-Ma’ruf cenderung di dapil Kalsel 2. Dapil tersebut meliputi, 5 wilayah, yakni Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru, Banjarmasin, Banjarbaru.
Sejauh ini, banyak partai politik yang masih malu-malu dan tak gamblang mengampanyekan Paslon mereka. Di Kalsel, baru ada tiga parpol, yakni Golkar, PDI-Perjuangan dan Gerindra.
Untuk itu, nantinya, dinamika politik nasional lah yang akan sangat memengaruhi dinamika politik tingkat lokal. Khususnya, yang berkaitan dengan politik elektoral Pilpres 2019.
“Kita tak bisa menduga dari Paslon mana dan partai mana yang bernasib apes menjelang H-10 bahkan H-5 sebelum 17 April 2019. Di mana hal tersebut akan terjadi goncangan elektabilitas,” ujar dia.
Baca Juga: 3 Rumus Jokowi Menang Telak di Pilpres, Ini Kata Pengamat
Reporter: Muhammad Robby
Editor: Fariz Fadhillah