bakabar.com, KANDANGAN - Petani di Nagara Kecamatan Daha Selatan, Daha Barat, dan Daha Utara Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) masih bisa bercocok tanam meski musim kemarau panjang masih melanda, Senin (16/10).
Mereka mengatasi lahan pertanian maupun perkebunan yang kekeringan menggunakan sistem gogo rancah, dengan cara memompa air selama 1 sampai 2 bulan untuk mengisi sekaligus mengaliri ladang tersebut.
Selanjutnya, tanaman dipelihara seperti pada umumnya dan target panen nanti ketika musim penghujan telah tiba.
Melalui sistem pengaliran secara manual, para petani Nagara di tiga wilayah Daha tidak terdampak adanya fenomena alam seperti kemarau panjang sampai El Nino.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pertanian HSS, Muhammad Noor yang menjelaskan bahwa keseluruhan wilayah Nagara merupakan daerah rawa yang sering tergenang.
Ketika kemarau tiba, merupakan kesempatan bagi para petani di sana untuk bercocok tanam tanaman padi, hortikultura, serta sayur-sayuran
Untuk mengantisipasi lahan pertanian yang kekeringan, petani menggunakan mesin yang akan memompa air untuk mengaliri tanaman mereka.
"Kita (Dinas Pertanian HSS) juga mulai mengembangkan sistem padi apung dengan media styrofoam di wilayah Daha," lanjut Muhammad Noor.
Berdasarkan data Dinas Pertanian HSS, luas tanam Oktober 2022 sampai Maret 2023 ada 16.513 hektare. Sedangkan April sampai dengan September 2023 dari target Gerakan Nasional (Gernas) antisipasi iklim El Nino tanam Agustus sampai September 2023 13.609 hektare.
"Dari target tersebut kita bisa tanam 13.626 hektare dan surplus luas tanam seluas 17 hektare," terang Muhammad Noor.
Total luas tanam Oktober 2022 sampai September 2023 yaitu 30.139 hektare. Sementara perkiraan panen sampai Desember mendatang ada 29.950 hektare atau 99 persen dari jumlah luas tanam 30.139 hektare.
Jika di kalkulasikan perkiraan produksi padi dari luas panen 29.950 hektare adalah 114.592 ton gabah kering giling atau setara 72.193 ton beras.
"Konsumsi beras dari jumlah penduduk kita 233.153 jiwa dengan kebutuhan jiwa per tahun 103,4 ton yakni 24.108 ton. Artinya kita mengalami surplus beras sebanyak 48.085 ton," lanjutnya.
Muhammad Noor berharap melalui berbagai teknologi yang telah diterapkan, daerah rawa yang sangat luas bisa dimanfaatkan untuk ketahanan pangan khususnya beras bagi warga HSS serta Kalimantan Selatan.