Petani di Purworejo Tercekik Harga Pupuk Non-Subsidi

Sejumlah petani di Kabupaten Purworejo mengeluhkan harga pupuk non subsidi yang kian tinggi.

Featured-Image
Petak sawah milik Aji dan Citro di Banyuurip (Dok. Apahabar.com/Arimbihp)

bakabar.com, PURWOREJO - Sejumlah petani di Kabupaten Purworejo mengeluhkan harga pupuk non subsidi yang kian tinggi. Saat ini harga pupuk urea mencapai Rp 550.000/kg. Padahal, sebelumnya harganyaa sebesar Rp 150.000/kg.

"Padahal, setiap satu kali musim tanam membutuhkan setidaknya 2 kwintal pupuk subsidi dan non subsidi," kata seorang petani di Desa Candisari, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo, Aji (27) kepada bakabar.com, Selasa (4/4).

Bagi Aji, lonjakan harga pupuk tersebut sangat memukulnya. Sebab, tanpa penggunaan pupuk campuran menurutnya rentan terserang hama wereng maupun hama lainnya.

Baca Juga: Kebijakan Impor Beras, Bapanas: Tidak Jatuhkan Harga di Tingkat Petani

Meski demikian, menurut Aji, hal tersebut tidak mengurangi jumlah produksi maupun harga beras di pasar. Adapun sawah seluas 190 ubin miliknya saat ini sedang memasuki masa panen. Sedangkan masa masa tanam akan dilakukan setelah Lebaran.

"Jenis yang saya panen padi Ciherang, dapat sekitar 1,5 ton, biasanya bisa 1,7 ton," kata Aji.

Siasat Petani Menghadapi Tingginya Harga Pupuk

Guna mensiasati harga pupuk urea yang mencekik, Aji memilih mengurangi jumlah takaran penggunaannya. Selain lebih menghemat biaya, pengurangan urea menurut dia dapat mencegah padi tumbuh terlalu gemuk.

"Kalau padi terlalu gemuk juga kurang bagus, nanti mudah ambruk, kalau jumlah pemakaiannya saya mengira-ngira saja, secukupnya," jelasnya.

Terlebih saat ini, sambung dia, cuaca agak kurang bagus, sering hujan bahkan angin, jadi kalau nekat ditanam, padi yang masih hijau mudah ambruk.

Baca Juga: Hingga Akhir 2022, Program 'Makmur' Pupuk Indonesia Bantu 128 Ribu Petani

"Malah baru dengar, sebagai petani kalau boleh memilih sebaiknya daripada impor, lebih baik mengendalikan harga pupuk dulu," katanya.

Pasalnya, keberadaan pupuk bagi petani menurut Aji adalah nyawa yang menentukan kesehatan padi para petani.

Hal senada juga disampaikan Citro (50), ia mengaku harga pupuk membuat produksi padinya kembang kempis.

Baca Juga: Panen Raya, Presiden Minta Bulog Serap Gabah Petani Sebanyak-Banyaknya

"Kalau saya pribadi keberatan, tetapi tidak punya pilihan juga, jadi ya pasrah, atau terkadang kalau beli gendongan (patungan)," tutur Citro.

Mereka berharap, jika memang harga pupuk tidak bisa diturunkan, ada program bantuan yang meringankan biaya produksinya.

Editor


Komentar
Banner
Banner