bakabar.com, BANJARMASIN – Peringatan hari kearsipan nasional jatuh pada 18 Mei setiap tahunnya. Namun sayangnya, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Kalimantan Selatan mengaku masih kekurangan petugas arsip untuk daerah.
“Kelangkaan jabatan fungsional arsiparis Dispersip Prov Kalsel perlu mendapatkan perhatian yang serius dan harus diatasi dalam waktu sesegera mungkin,” ucap Kepala Dispersip Kalsel, Hj Nurliani dalam rilisnya kepada bakabar.com, Senin (18/5) siang.
Saat ini Dispersip Kalsel hanya memiliki lima arsiparis. Itupun akan berkurang, sebab satu orang di antaranya akan memasuki masa purna bakti pada Agustus mendatang. Padahal, tugas arsiparis cukup banyak yaitu membina dan mengawasi 13 lembaga kearsipan daerah (LKD) di kabupaten/kota serta membina unit kearsipan seluruh SKPD lingkup provinsi, BUMN, organisasi masyarakat dan organisasi politik di daerah.
“Dari kelangkaan ini, maka bisa dipastikan arsip provinsi tidak dapat terurus secara maksimal sebagaimana mestinya,” kata wanita yang akrab disapa Bunda Nunung ini.
Berbagai upaya telah dilakukan, salah satunya berkoordinasi dengan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kalsel untuk menambah jabatan fungsional arsiparis dalam penjaringan calon pegawai negeri sipil. Menurut Bunda Nunung, pihaknya telah mengkomunikasikan secara lisan agar BKD dapat mengatasi dan memberikan solusi terkait kekurangan sumber daya manusia (SDM) kearsipan.
“Kami berharap permintaan ini ditanggapi serius bukan sekedar angin lalu,” harapnya.
Dengan keterbatasan yang ada, Dispersip Kalsel tetap berupaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana serta prasarana di bidang kearsipan. Salah satu pencapaian yang telah diraih adalah penghargaan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Award di Surakarta, pada Februari lalu.
Kelangkaan arsiparis yang berdampak pada sulitnya akses informasi mengenai Kalsel sendiri disepakati oleh Dosen Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Mansyur. Beberapa arsip sejarah yang dia miliki saat ini sebagian besar didapatkan dari luar Kalsel.
“Memang sangat minim data yang ada di Kalsel, terutama data dan arsip sejarahnya,” ungkap Mansyur saat dihubungi secara terpisah.
Untuk melengkapi koleksi arsipnya, Mansyur harus menerjemahkan ulang dari perpustakaan luar negeri yang memberikan akses penuh lewat data online serta beberapa lainnya juga dia dapatkan langsung di perputakaan nasional RI di Jakarta dan ULM Banjarmasin.
“Sumbernya ada yang arsip online, beli di arsip nasional, kemudian perpustakaan nasional dan koleksi perpustakaan sejarah di ULM,” pungkasnya
Reporter : Musnita Sari
Editor: Muhammad Bulkini