bullying

Penelitian Sebut Siswa Korban Bullying Berpotensi Bunuh Diri

Bullying tak bisa dianggap remeh. Dampak psikis terhadap korban bullying sering merasa sedih, putus asa dan ingin bunuh diri.

Featured-Image
Ilustrasi -Bullying atau perundungan dapat berdampak fatal terhadap korban. Foto: dppkbpppa.pontianak.go.id

bakabar.com, JAKARTA - Bullying atau perundungan tak bisa dianggap remeh. Korban bullying sering merasa sedih, putus asa dan ingin bunuh diri.

Seorang pelajar di salah satu SMA Banjarmasin Timur menusuk teman sekelasnya menggunakan senjata tajam. Persitiwa yang terjadi pada Senin (31/7) pagi itu diduga karena korban kerap dibully oleh pelaku.

Bullying atau perundungan atau intimidasi yang terjadi di sekolah sangat sering terdengar. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga di berbagai negara. Aksi kekerasan ini menjadi peristiwa yang berulang, padahal dampaknya terhadap korban sangat berbahaya. Kondisi mental korban bisa berpengaruh buruk, mulai dari mengalami rasa sedih yang sangat, putus asa, hingga keinginan bunuh diri. 

Sebuah tulisan di Indiatvnews menyebutkan, semakin banyak bukti bahwa korban bullying dapat memiliki dampak yang mempengaruhi kesejahteraan, kesehatan, dan hubungan sosial anak dan dalam jangka waktu yang lama.

Baca Juga: Siswa Tusuk Rekan Satu SMA di Banjarmasin, Orang Tua Korban Klarifikasi Soal Bullying

cyberbullying
ILUSTRASI cyberbullying: Dok. Shutterstock

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh John Rovers dan rekan, dari Universitas Drake, Amerika Serikat dan diterbitkan dalam jurnal akses terbuka PLOS ONE bahkan menyebutkan, beberapa bentuk bullying atau intimidasi yang diterima seorang anak sekolah bahkan ecara signifikan memiliki hubungan erat dengan perasaan sedih atau putus asa dan mencoba bunuh diri. Korelasi paling tinggi ketika remaja diintimidasi berdasarkan orientasi seksual atau orientasi gender mereka.

Penulis penelitian ini menggunakan data dari Survei Remaja di Iowa 2018, kuesioner ini dilakukan setiap dua atau tiga tahun kepada siswa sekolah negeri dan swasta di kelas 6, 8, dan 11 di seluruh negara bagian Iowa. Mereka menganalisis 70.451 respons tervalidasi untuk melihat hubungan antara kesehatan mental dan intimidasi.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa siswa yang dilaporkan mengalami bullying secara fisik dan mereka yang dibully karena masalah agama, lebih sering melaporkan perasaan sedih atau putus asa daripada siswa yang tidak pernah dibully.

Namun, intimidasi terkait orientasi seksual atau identitas gender, atau lelucon dan komentar seksual yang menyakitkan, secara konsisten ternyata berdampak kuat dengan perasaan sedih dan putus asa serta upaya bunuh diri. Cyberbullying, intimidasi sosial, dan intimidasi berdasarkan ras juga memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan tekanan mental dan upaya bunuh diri.

Baca Juga: Kadisdik Kalsel Segera Evaluasi Pihak Sekolah Buntut Siswa Tusuk Rekan Satu SMA di Banjarmasin

Para penulis menyimpulkan bahwa berbagai bentuk bullying memiliki dampak yang berbeda dengan hasil kesehatan mental, dan pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan ini dapat membantu membentuk strategi mitigasi intimidasi di sekolah.

"Bullying sebenarnya tidak hanya menyakiti korban, tapi juga pelakunya. Pengalaman melakukan bullying atau menjadi korban bullying, sama-sama menyakitkan," demikian disampaikan John Rivers.

Editor


Komentar
Banner
Banner