bakabar.com, JAKARTA - Jepang tengah diterpa ‘krisis’ generasi penerus. Angka kelahiran di Negeri Sakura itu kian merosot, salah satunya dikarenakan kebiasaan masyarakat yang gemar menyendiri.
Hal itu sebagaimana diungkapkan sebuah survei, di mana terdapat 1,5 juta penduduk Jepang menarik diri dari masyarakat dan lebih suka menjalani sebagian besar hidup mereka di dalam apartemen. Kebiasaan yang demikian disebut sebagai hikikomori.
Budaya tersebut sejatinya sudah mengakar sejak 1990, ketika Jepang tengah mengalami kesulitan ekonomi. Anak muda yang tak bisa mewujudkan impian karena situasi itu lantas memilih untuk ‘menghilang’ dari tatanan sosial.
Pakar Hikikomori, Takahiro Kato, mengatakan anak muda yang cenderung menarik diri dari kehidupan sosial justru memiliki intelektualitas tinggi. Malahan, sebagian besar dari mereka adalah jebolan universitas ternama.
“Sebagian besar dari mereka adalah lulusan universitas, sehingga sangat berpengaruh terhadap perekonomian negeri ini,” ujarnya, dikutip Senin (10/4).
Selain itu, Kato juga menyebut bahwa hikikomori rentan dialami keluarga kelas menengah. Ini semakin diperparah dengan kebiasaan orang tua yang justru mendukung keputusan anaknya untuk ‘menghilang’, alih-alih menariknya ‘keluar.’
Pelarian dari Kegagalan
Sejumlah riset membeberkan, rupanya, hikikomori menjadi sarana pelarian dari kegagalan yang kerap dialami anak muda. Sebut saja, gagal dalam ujian, tidak bisa melanjutkan studi di sekolah ternama, atau tak kunjung mendapatkan pekerjaan idaman.
Hal ini tentu berkaitan dengan budaya Jepang lainnya, di mana seringkali memandang sebelah mata orang yang ‘berbeda’ atau tidak mampu memenuhi ekspektasi. Mereka yang ‘berbeda’ itu lantas merasakan malu yang mendalam.
Temuan yang demikian senada dengan pengalaman Yuto Onishi, pemuda berusia 18 tahun yang pernah terjerat hikikomori. Dia mulai mengurung diri di usia yang masih belia, yaitu 15 tahun, lantaran gagal menjadi juara kelas.
Selama mengurung diri, Onishi tak pernah berbicara dengan orang lain. Pemuda asal Tokyo itu menghabiskan waktu di kamar dengan berselancar di internet, kemudian dilanjutkan membaca komik hingga dirinya tertidur.
Pertanda Hikikomori
Membatasi kontak dengan teman dan keluarga, kata Kato, adalah salah satu ciri seseorang tengah mengalami hikikomori. Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang menambahkan sejumlah ciri lain.
Beberapa di antaranya, ditandai dengan gaya hidup yang berpusat di rumah; tidak memiliki ketertarikan atau kemauan untuk pergi ke sekolah atau bekerja; dan isolasi telah berlangsung setidaknya selama enam bulan berturut-turut.
Penderita hikikomori juga tidak memiliki gangguan mental, seperti skizofrenia, retardasi mental, dan sebagainya. Meski begitu, sebuah penelitian mengungkapkan hikikomori berkaitan dengan depresi, gangguan kecemasan, hingga masalah kepribadian.