bakabar.com, JAKARTA - Penembakan brutal pada dua masjid di Christchurch, Selandia Baru membuat duka mendalam.
Dalam aksi tersebut, menyebabkan 49 orang meninggal dunia. Kepolisian Selandia Baru sudah menangkap empat orang pelaku yang terdiri tiga laki-laki dan satu perempuan.
Bukan hanya itu, polisi setempat juga menemukan bahan peledak yang dipasang di kendaraan sebagai bagian dari aksi serangan. Perdana Menteri (PM) Selandia Baru, Jacinda Ardern, menyebut insiden ini sebagai kejadian yang terkelam.
Jacinda Ardern pun mengecam keras penembakan brutal tersebut. Ia menyebut aksi ini sebagai serangan teroris.
“Sudah jelas bahwa ini sekarang hanya bisa disebut sebagai sebuah serangan teroris,” ucap PM Ardern dalam konferensi pers seperti detikcom dari Reuters, Jumat (15/3).
Bahkan pelaku penembakan brutal menayangkan aksinya via layanan live streaming di internet. Video live streaming berdurasi 17 menit itu telah dihapus dari internet oleh otoritas terkait.
Baca Juga:Pelaku Penembakan di Masjid New Zealand Langsung Diadili
Seperti dilansir media lokal Selandia Baru, The New Zealand Herald, Jumat (15/3), dalam live streaming itu, pelaku menyebut namanya sebagai Brenton Tarrant. Nama itu mengarah kepada seorang pria kulit putih berusia 28 tahun kelahiran Australia.
Dubes RI untuk Selandia Baru di Wellington, Tantowi Yahya, menyebut ada 2 WNI yang turut menjadi korban luka dalam serangan itu. Akibat insiden tersebut, sejumlah WNI panik.
“Informasi terbaru, ada 2 WNI yang menjadi korban,” kata Tantowi Yahya saat dihubungi detikcom, Jumat (15/3).
Presiden Jokowi juga mengutuk aksi penembakan tersebut. Jokowi menyampaikan duka mendalam kepada para korban kejadian penembakan itu.
“Terlepas siapa pelakunya, kita sangat mengecam keras aksi ini. Dan kita pemerintah Indonesia sampaikan duka mendalam kepada korban yang ada dari korban aksi tersebut. Dan tim perlindungan WNI sedang menuju ke lokasi,” kata Jokowi di Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.
Baca Juga:Jadi Korban Penembakan di Masjid New Zealand, 2 WNI Dirawat di RS
Editor: Syarif