Kalsel

Pegunungan Loklahung Loksado Mulai Ramai Didaki, Simak Pesan Penting Kades

apahabar.com, KANDANGAN – Pegunungan di Desa Loklahung, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) mulai jadi…

Featured-Image
Puncak Gunung Magaringsai setinggi 1.600 MDPL, yang didaki para komunitas melewati Desa Loklahung, Kecamatan Loksado, Kabupaten HSS. Foto-Istimewa

bakabar.com, KANDANGAN – Pegunungan di Desa Loklahung, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) mulai jadi tujuan para komunitas pendaki dari penjuru Kalimantan Selatan (Kalsel).

Tujuan yang sering dijelajahi para komunitas itu, yakni puncak Gunung Magaringsai, puncak Gunung Rorokoan, hingga Air Terjun Rampah Atta. Tempat-tempat tersebut, dituju dengan melewati Desa Loklahung.

Gunung Magaringsai atau oleh warga setempat disebut Gunung Manggaringsayan, merupakan yang paling favorit didaki para komunitas.

Menurut penghitungan para pendaki berdasar alat altimeter, gunung itu memiliki ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut (MDPL).

Pendaki memerlukan waktu 6 sampai 8 jam untuk sampai ke puncaknya, dari Dusun Manakili. Ke puncak gunung itu juga bisa ditempuh dari Dusun Malaris.

Lalu, ada Gunung Rorokoan yang menurut penghitungan pendaki setinggi 1.284 MDPL. Mendaki menuju puncak gunung tersebut, ditempuh dengan waktu sekitar 4 sampai 5 jam dari Dusun Manakili.

Para komunitas juga saat ini sering berpetualang menuju Air Terjun Rampah Atta, yang ditempuh sekitar 2 sampai 3 jam dengan mendaki dan menyusuri lereng pegunungan di Dusun Manakili.

Tempat-tempat tersebut sering dijelajahi berbagai komunitas, dengan bantuan warga setempat untuk memandu jalan.

"Kadang sekitar 15 orang lebih, bahkan ada yang sampai 30 orang lebih saat mendaki ke sini baru-baru ini," ucap Kepala Desa (Kades) Loklahung Ibas, Senin (2/11) kemarin.

img

Kades Loklahung Ibas dijumpai saat sedang menanam padi gunung atau manugal. Foto-bakabar.com/Ahc27

Hal itu menurutnya baik, asalkan para komunitas ataupun pendaki menjaga sikap, dan tidak melakukan perbuatan yang buruk di wilayah desanya.

Ia berharap, dengan seringnya didatangi para komunitas itu bisa berdampak baik pada masyarakat desanya.

Ia juga berharap, para pendaki memakai jasa pemandu jalan dari warga setempat. Hal itu untuk menghidandari kemungkinan tersesat, dan mencegah terjadi hal buruk lainnya.

"Dengan membawa warga setempat untuk memandu jalan, juga agar dapat mengetahui hal-hal sakral yang harus dilakukan di wilayahnya," ucapnya.

Salah satunya sebut Ibas, apabila memasak makanan dengan aroma menyengat agar menghormati penunggu hutan, dengan menyisakan untuk ditinggalkan makanan.

Selain itu, akar-akar pohon di hutan ia minta untuk tidak dipotong atau dirusak. Hal itu, dapat mengganggu tumbuhnya pohon yang ditanam warga.

Tak kalah penting, ia menekankan, yakni menjaga kebersihan dengan tidak meninggalkan sampah di hutan maupun di puncak gunung. "Sampahnya, mohon dibawa pulang," pesannya.

Komentar
Banner
Banner