bakabar.com, BANJARMASIN – Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan berinisiatif menyerap aspirasi guru di masa Pandemi Covid-19.
Puluhan guru mewakili 13 kabupaten dan kota yang tergabung dalam Ikatan Guru Indonesia (IGI) menyampaikan keluh kesahnya di hadapan Sekretaris DPD PDI Perjuangan Kalsel, M Syaripuddin.
“Kami membuka ruang bagi guru di masa pandemi ini yang menghadapi berbagai kendala. Di samping persoalan kesejahteraan yang harus terus diperjuangkan,” ucap Syaripuddin kepada awak media, Kamis (27/8) siang.
Dalam hasil pertemuan itu, Syaripuddin menangkap sejumlah persoalan yang harus segera dituntaskan.
Di antaranya penerbitan SK guru honorer sekolah negeri yang sebagian daerah belum memberikan perhatian.
Kemudian, guru meminta wakil rakyat dari fraksi PDI Perjuangan itu mendorong agar honorer K2 mendapatkan gaji minimum setara Upah Minimum Regional (UMR) atau PNS golongan IIIA masa kerja nol tahun.
“Saya tadi langsung menghubungi Sekda untuk bisa menerbitkan SK itu dan alhamdulilah direspon positif. Saya minta kawan-kawan fraksi di kabupaten dan kota juga segera memperjuangkannya. Ini komitmen kami sebagaimana semangat Ketua DPD PDI Perjuangan Kalsel, Mardani H Maming yang sangat perhatian kepada dunia pendidikan, apalagi terkait kesejahteraan guru,” kata Bang Dhin, sapaan akrab M Syaripuddin.
Wakil Ketua DPRD Kalsel ini berjanji siap membantu guru dalam pengadaan pelatihan peningkatan kompetensi guru khususnya terkait pembelajaran daring.
“PDI Perjuangan siap bekerja sama dengan IGI dengan menghadirkan narasumber terbaik dalam pelatihan peningkatan kompetensi guru. Kami ingin proses belajar daring ini bisa berjalan sesuai harapan bersama yaitu guru, siswa dan orang tua. Jangan sampai kita saling menyalahkan tanpa solusi,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Harian Pengurus Pusat Ikatan Guru Indonesia (IGI), Gusti Surian sangat berterima kasih kepada PDI Perjuangan membuka kesempatan para guru berkeluh kesah.
“Banyak hal yang tentunya kami sampaikan. Alhamdulilah semua direspon sangat baik oleh Pak Syaripuddin,” kata Surian.
Selama ini, kata Surian, proses pembelajaran daring belum bisa mencakup tujuan pembelajaran seutuhnya yaitu ranah kognitif (level pengetahuan), afektif (sikap dan perilaku) dan psikomotor (keterampilan).
Parahnya, pembelajaran daring justru lebih memberatkan orang tua di rumah.
Karena faktanya, orang tua yang “belajar” dalam menjawab soal-soal bukan peserta didik.
“Jadi formula belajar daring yang lebih efektif mencapai tujuan pembelajaran inilah yang harus kita pikirkan bersama. Guru harus terus dibimbing dan diberikan pelatihan agar dalam pembuatan materi juga bisa selaras dengan peningkatan prestasi belajar siswa yang seutuhnya. Bukan nilai semu hasil jawaban orang tua,” pungkasnya.
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin