bakabar.com, BARABAI – Pascabanjir di Hulu Sungai Tengah (HST), Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Disperkim target membangun 12 unit hunian sementara (Huntara) untuk korban banjir.
Huntara ini akan dibangun di dua titik terdampak banjir bandang terparah. Yakni di Kecamatan Hantakan dan Batu Benawa.
Tiap unit Huntara, bisa ditempati 10 sampai 12 kepala keluarga (KK).
Kabid Perumahan Rakyat, A Syafaat menerangkan, ada 6 unit yang bersumber dari Disperkim.
Sedangkan sisanya merupakan kerjasama antara dengan organisasi dan para relawan kemanusiaan yang berkomitmen membantu.
“Satu unit Huntara insya Allah delapan hari selesai pembuatannya. Huntara ditujukan bagi warga terdampak banjir bandang dan rumahnya rusak berat serta hilang sebelum dibangunakan hunian tetap (Huntap),” kata Syafaat kepada bakabar.com, Kamis (11/2).
Sampai hari ini sudah ada satu unit yang hampir selesai dibangun di Desa Baru, Waki Kecamatan Batu Benawa.
“Progressnya sudah 80 persen, tinggal memasang dindingnya saja lagi. Yang mulai pematokan ada di Desa Alat,” kata Syafaat.
Syafaat merincikan, di Desa Baru-Waki Kecamatan Batu Benawa akan didirikan 4 unit Huntara.
Di sana, 49 unit rumah kepala keluarga rusak/hilang terseret air bah.
Di Desa Alat dan Arangani, terdata sebanyak 46 rumah yang rusak berat/hilang. Direncanakan dibangun empat unit Huntara.
Di Desa Bulayak sebanyak 14 rumah rusak/hilang, ditargetkan satu unit Huntara.
Berikutnya, Desa Batu tunggal sebanyak 21 rumah yang rusak/hilang. Targetnya dua huntara.
Sedangkan Desa Hantakan sebanyak 18 buah rumah yang rusak/hilang akan dibangunkan sebanyak dua unit Huntara.
Untuk wilayah Desa Datar Ajab ada tujuh buah rumah yang rusak berat dan Desa Patikalain sebanyak 15 buah rumah.
Wilayah terjauh tersebut nantinya akan langsung dibangun hunian tetap saja, bukan Huntara.
Sejauh ini, di situ, sudah ada organisasi yang berkomitmen membantu dengan mengumpulkan donasi dari masyarakat.
“Kerjasama dengan beberapa organisasi kemasyarakatan dan agama, kami juga mengumpulkan donasi untuk pembangunan. Biaya satu unit Huntara dari perhitungan IAI adalah sebesar Rp75 juta,” ujar Syafaat.
Ditambahkannya, bahan-bahan untuk pembangunan Huntara dipilih agar nantinya bisa dimanfaatkan kembali setelah bantuan hunian tetap sudah keluar.
Seperti untuk seluruh rangka rumah menggunakan baja ringan, atap seng, dinding calsiboard dan lantai multiplek.
“Setelah hunian tetap bantuan dari BNPB turun dan selesai, seluruh bangunan Huntara nantinya akan diwakafkan untuk pembangunan fasilitas umum seperti Langgar, mushalla dan sekolah,” katanya.
Dikatakannya lagi, untuk bantuan hunian tetap dari BNPB sudah didata yang diverifikasi dan berkasnya sudah naik ke Bupati untuk selanjutnya diteruskan ke BNPB.
“Karena pihak BNPB minta validasi data by name by adress, jadi kepastiannya kemungkinan tiga sampai enam bulan baru keluar dana pembangunannya,” ujarnya.
Warga yang akan mendapatkan bantuan hunian tetap nantinya harus mau direlokasi ke tempat yang lebih aman dari bencana banjir.
Pihaknya khawatir jika dibangunkan di tempat asal akan rusak lagi. “Karena potensi banjir di wilayah kita masih ada, jadi warga harus mau direlokasi,” tuntasnya.
Untuk diketahui, desain dan pembangunan, pihaknya juga bekerjasama dengan relawan dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dan untuk donasi bantuan kerjasama dengan beberapa organsasi.