bakabar.com, BANJARMASIN – Pemungutan Suara Ulang Pemilihan Gubernur Kalimantan Selatan tinggal hitungan hari.
Dua pasang calon Gubernur Kalimantan Selatan akan memperebutkan suara masyarakat di tujuh kecamatan di tiga kabupaten pada 9 Juni 2021.
Tensi politik di Banua belakangan juga cukup panas. Lantas, bagaimana pandangan pengamat menjelang PSU digelar?
Pengamat politik FISIP ULM, Arif Rahman Hakim, menyampaikan pandangannya. Dia menjelaskan kontestasi politik sejatinya memiliki tujuan mulia yakni memilih pemimpin untuk kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Kenapa harus ada kontestasi politik? Arif mengatakan karena sebelum terpilih, pemimpin harus bertanding gagasan, ide, pemikiran, dan program-program-programnya terlebih dahulu.
Dia menyebut kontestasi politik tidak mengedepankan sentimen personal, melainkan “menguliti” setiap argumen yang disampaikan masing-masing kandidat.
“Ya, argumen harus dikuliti agar pemimpin kita bertanggung jawab atas gagasan, ide, pemikiran, dan program-program yang ditawarkan,” ucap Arif.
Dia memandang belakangan ini ada kecenderungan partisipasi masyarakat berada di jalur yang tidak tepat. Masyarakat, kata dia, terbawa iklim politik atas dasar suka dan tidak suka. Bukan karena kesamaan pemikiran, gagasan, ide dan program-program untuk kemajuan Banua.
“Celakanya lagi, oknum-oknum tidak bertanggung jawab ramai mendistribusikan konten-konten keberhasilan kandidat yang didukung dan keburukan kandidat lain. Saya rasa ini bisa memunculkan rasa suka dan tidak suka di masyarakat,” ujarnya.
Semestinya, tambah dia, jelang PSU 9 Juni 2021 mendatang, para pengguna hak pilih disajikan konten-konten positif yang mencerdaskan dan menghadirkan kedewasaan berpolitik.
Dia pun berharap dalam kontestasi kali ini masyarakat bisa berpartisipasi dengan bebas dan rahasia.