bakabar.com, BANJARMASIN - Anggota DPRD Kalsel, M Yani Helmi menggelar sosialisasi perda (sosper) ke Desa Serongga, Kecamatan Kelumpang Hilir, Kabupaten Kotabaru.
Perda nomor 5/2011, tentang pajak daerah provinsi serta Pergub nomor 14 tahun 2021 tentang perhitungan dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) menjadi bekal sosper politisi yang akrab disapa Paman Yani itu.
“Alhamdulillah hari ini bersama masyarakat dan tokoh masyarakat, saya berkesempatan untuk memberikan sosialisasi Perda. Dimana masyarakat harus mengerti tentang perda yang dibikin oleh wakilnya. Adapun Sosper kali ini tentang perhitungan dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB),” jelas anggota DPRD dari fraksi Golkar Daerah Pemilihan VI Kabupaten Kotabaru dan Batulicin.
Yani Helmi juga menyoroti tentang kemudahan bagi masyarakat dalam membayar pajak yang masih belum maksimal. Khususnya ketika pembayaran bea balik nama dalam pembelian kendaraan bermotor yang harus ke Mapolda Kalsel.
“Kemudahan bagi wajib pajak oleh negara harusnya dilakukan. Jangan sampai harus ke ibukota Kalsel (Mapolda). Nanti akan kita sampaikan di rapat dengar pendapat (RDP) dengan Badan Keuangan Daerah dan stakeholder terkait,” ujarnya.
Paman Yani juga menyebut, hal ini sudah menjadi keluhan masyarakat, khususnya di Kabupaten Kotabaru yang notabenenya adalah wilayah kepulauan. Sehingga apabila berurusan tentang perpajakan, mereka harus keluar biaya yang tidak sedikit.
“Perlu segera diakomodir oleh pembina Samsat, Gubernur dan Kapolda serta jajaran lainnya,” sebutnya.
Sementara itu, mantan Kepala UPPD Samsat Kotabaru, Ismail, yang menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan ini menyebut, kemudahan bagi masyarakat selaku wajib pajak menjadi hal yang mutlak untuk dilakukan, agar pembangunan di daerah baik tingkat provinsi maupun kabupaten, dapat berjalan dengan baik.
“Pajak ini untuk pembangunan di daerah, setiap pajak yang dibayarkan di Samsat, akan dibagi untuk provinsi dan kabupaten sesuai perhitungannya,” jelasnya saat memberikan paparan.
Adapun Plt Kasi PKB-BBNKB Samsat Kotabaru, Muhammad Fahmi Arif, selaku narasumber lainnya menjelaskan mengenai perhitungan dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor. Fahmi menyebut, setiap kendaraan bermotor mempunyai variasi biaya pajak sesuai dengan bobot dan harga jualnya.
“Untuk menghitung berapa pajak kendaraan bermotor yang harus dibayarkan, berdasarkan rumusnya sesuai dengan peraturan adalah, nilai jual kendaraan bermotor (NJKB) dikalikan dengan bobot dikalikan tarif, maka didapatan hasil untuk pajak kendaraan bermotor,” terangnya.
Fahmi mengambil contoh, sesuai peraturan, untuk jenis minibus dengan NJKB 100 juta rupiah, dengan bobot 1,050, kemudian mempunyai tarif sebesar 1,5 persen, maka pajak yang harus dibayarkan adalah Rp1.575.000,.
“Kalau untuk tarif BBNKB, rumusnya adalah NJKB dikali 10 persen untuk BBN 1. Sedangkan untuk BBN 2, rumusnya NJKB dikali 1 persen,” sebutnya.