bakabar.com, BARABAI – Beragam ikhtiar dilakukan pihak keluarga untuk menemukan keberadaan Herlan.
Sosok satu ini diduga kuat merupakan pembunuh Dedi Rahman yang sampai sekarang masih buron. Upaya terbaru, pihak keluarga menyebar foto Herlan ke jejaring media sosial.
“Andai pelaku dapat mungkin bisa menyenangkan hati ibu yang lagi sakit,” ujar Yaya Safari, kerabat korban dihubungi bakabar.com, Senin (16/8).
Sudah sepekan terakhir ibunda Dedi jatuh sakit. Ia darah tinggi usai mengetahui anak kesayangannya itu tewas dihabisi.
“Tidak mau makan jadi daya tahan tubuh lemah,” ujarnya.
Sosok Herlan di halaman selanjutnya:
Yayar kemudian mengunggah sesosok pria yang diduga kuat adalah Herlan. Warga setempat, masih menurut Yayar, juga resah dengan buronnya Herlan.
"Warga tidak berani beraktivitas di hutan. Karena menurut kabar masih berkeliaran di hutan. Jadi mohon bantuan kalau ada melihat," ujarnya.
Yayar meminta jika ada warga yang melihat seseorang sesuai dengan ciri Herlan segera melapor ke kantor polisi terdekat.
"Jika ada yang melihat tolong hubungi aparat terdekat. Atau ke pembakal [kepala desa] setempat, baru ke Babinkamtibmas, atau ke Babinsa," pungkasnya.
Lebih dua pekan sudah Herlan buron. Untuk memburu pelaku pembunuhan Dedi di Desa Gambah, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) itu, Polda bahkan telah menerjunkan Tim Macan Kalsel, Unit Opsnal Jatanras, Subdit III, Direktorat Reserse Kriminal Umum.
Tim reserse satu ini diketahui baru saja turun gunung ke Awayan, Balangan untuk mengungkap kasus pembacokan Briptu Hermawan.
“Insyaallah [tertangkap] mohon doanya,” ujar salah seorang perwira Tim Macan Kalsel.
Residivis Pembunuhan
Ibu Korban Pembunuhan di Gambah HST Jatuh Sakit, Warganet Pinta Macan Kalsel Berburu Lagi
Tewasnya Dedi Rahman (42) pertama kali diketahui pada Rabu (28/7) siang. Ia ditemukan dalam keadaan bersimbah darah sekitar pukul 11.30. Tubuhnya terdapat beberapa mata luka menganga terutama di bagian leher belakang.
Usai menghabisi Dedi, Herlan dilaporkan melarikan diri ke dalam hutan. Polisi mengatakan diduga pelaku yang juga merupakan residivis kasus pembunuhan kerap berpindah-pindah tempat. Kemungkinan besar saat ini ia sudah melarikan diri ke luar daerah hukum Polres HST.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:
"Pelaku ini kan melarikan dirinya ke dalam hutan. Sedangkan hutan kita ini luas dan bisa ke mana saja. Termasuk ke kabupaten tetangga bahkan ke luar daerah Kalsel," ujar Kasat Reskrim Polres HST, AKP Purnoto, melalui Paur Subbag Humas Aipda M Husaini.
Detik-detik kejadian Dedi tewas itu diungkapkan warga setempat. Dari penuturan Utuk, awalnya Herlan mendatangi acara hajatan pernikahan warga di sana. Lokasinya tak jauh dari rumah korbannya, Dedi.
Ketika itu, dia datang sambil menenteng sebilah parang. Kata Utuk, dia mengatakan kepada warga di sana jika Dedi sudah dibacok.
"Tak ada yang berani mendekati Herlan. Ia seperti orang mabuk," kata Utuk, Rabu (28/7).
Warga yang berada di acara hajatan dan mendengar pernyataan Herlan, sontak langsung mendatangi rumah Dedi.
"Dedi berlumur darah dan sudah tidak bergerak lagi," kata Utuk.
Warga pun, kata Utuk buru-buru membopongnya ke dalam ambulans untuk dibawa ke RSUD Damanhuri Barabai. Namun nyawanya tak tertolong lagi.
Ada mata luka menganga di bagian leher belakang, bahu dan pinggang.
Sementara Herlan sudah melarikan diri dengan menenteng sebilah sajam yang diduga digunakan untuk membacok Dedi.
"Dia lari ke arah perkebunan atau hutan. Kami tidak berani mengejar," aku Utuk.
Saat peristiwa terjadi, Dedi diketahui sedang di rumah sendirian. Istrinya, Inur dan anak berada di acara pernikahan.
Korban memang tak ikut ke pernikahan karena dalam kondisi sakit.
"Jalan pun susah, kalau jalan seperti orang bungkuk. Lehernya tidak bisa menoleh bekas kecelakaan beberapa tahun lalu. Ibarat diajak duel ia tidak bisa melawan," kata salah satu tetangga korban.
Sehari-hari Dedi tidak bekerja. Karena kondisi tubuhnya tak mendukung.
Selama ini sang istrilah yang menjadi tulang punggung keluarga.
"Istrinya bekerja sebagai pembungkus kerupuk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," terang warga tadi.
Saat kejadian, tidak ada satu orang pun yang berada di lokasi.
"Kalau tidak Herlan sendiri yang mengatakan, tidak ada orang yang tahu (Dedi tewas)," terang Utuk.
Selama ini, dikisahkan warga, hubungan antara keduanya tidak pernah terjadi masalah. Jarak rumah pelaku dan korban hanya sekitar 50 meter.
Herlan diketahui bekerja sebagai tukang bangunan. Hidup hanya berdua dengan sang istri Nurdawati, belum memiliki anak.
Sang istri pun tidak bekerja. Di mata masyarakat, Herlan memang dikenal tertutup atau jarang bermasyarakat.
Hubungan rumah tangganya pun sempat diterpa masalah. Dari cerita-cerita warga setempat, sebelum kejadian terjadi cekcok antara Herlan dan istrinya.
Kabarnya, sang istri sampai diancam ingin dibacok hingga kemudian lari ke arah rumah Dedi. Saat itulah Dedi mencoba menengahi keduanya.
"Mungkin saat itu kejadiannya. Tapi kami juga belum yakin. Sebenarnya informasi yang jelas ini ke istrinya Herlan. Soalnya dia pasti tahu, tapi sampai sekarang orangnya tidak kelihatan, tak tahu ke mana," kata warga yang namanya enggan diwartakan.
Herlan juga diduga sebagai residivis. Dia pernah dipenjara di Kabupaten Kotabaru dengan kasus pembunuhan.
Herlan warga asli Gambah. Dia disebut seorang pemabuk dan kerap meresahkan warga usai minum-minuman keras.
"Banyak yang tidak suka dengan Herlan," tutup warga tadi.
Dari hasil identifikasi polisi, Dedi diserang secara brutal tanpa perlawanan. Dia diserang di rumahnya sendiri oleh Herlan menggunakan sajam yang diduga sebilah parang.
Akibat serangan itu, Dedi meninggal dunia. Di badannya terdapat beberapa mata luka akibat sabetan senjata tajam. Di antaranya di bagian tengkuk belakang leher, pinggang dan bahu.
"Belum diketahui pasti apa motif penyerangan tersebut. Yang pasti saat ini kita masih melakukan pengejaran," tutup Husaini.
Dilengkapi oleh HN Lazuardi