Presiden Prancis

Ngeri, Presiden Prancis Terima Surat Berisi Potongan Jari Manusia

Surat berisi potongan jari itu diterima staf Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Featured-Image
Pengunjuk rasa melakukan aksi boikot Presiden Prancis Emmanuel Macron di kawasan Nol Kilometer Yogyakarta, DI Yogyakarta, Jumat (30/10/2020). Foto-Antara/Hendra Nurdiyansyah/wsj.

bakabar.com, JAKARTA- Sebuah surat berisi potongan ujung jari manusia diduga diterima oleh Presiden Prancis Immanuel Macron. Surat tersebut diduga dikirimkan melalui pos.

Surat berisi potongan ujung jari manusia diduga diterima melalui pos di markas Presiden Prancis Macron di Élysée Senin lalu, 10 Juli. Kasus tersebut segera ditangani oleh polisi dan kejaksaan Paris. Menurut sumber yang mengetahui soal itu, ujung jari itu milik penulis surat yang menandatanganinya.

Kabarnya, pelaku dengan cepat diidentifikasi dan diketahui identitasnya. Investigasi selanjutnya menyebutkan aksi tersebut sebagai 'ancaman kejahatan atau pelanggaran ringan terhadap pejabat terpilih," kata sumber polisi dan kantor kejaksaan Paris kepada AFP pada Kamis, 13 Juli.

Insiden ini sebelumnya sangat dirahasiakan. Ketika dihubungi oleh AFP, Le Parisien, dan Valeurs, pihak kepresidenan menolak berkomentar mengenai masalah tersebut. Namun dari sumber yang menolak disebutkan namanya disampaikan bahwa surat itu telah diterima oleh staf yang bertugas di kantor presiden Macron.

"Jari tersebut dimasukkan dalam amplop, dan di kantor polisi telah dimasukkan ke dalam lemari pendingin. Tidak ada jejak kertas," ujar sumber tersebut seperti ditulis oleh valuersactuelles, pada Rabu, 12 Juli.

Pemilik jari tersebut telah diidentifikasi. Diduga ia mengalami masalah gangguan kejiwaan. "Kasus ini segera ditangani agar yang pelaku mendapatkan penanganan yang tepat dan layanan yang kompeten dan tindakan medis yang sesuai," ujar sumber tersebut melanjutkan.

Prancis masih bergolak

Hingga saat ini Prancis masih bergolak. Pemerintah Prancis melarang penjualan kembang api menjelang Hari Bastille yang dirayakan setiap 14 Juli. Hal ini dilakukan untuk meredam aksi unjuk rasa yang pecah di seluruh wilayah Prancis.

Aksi unjuk rasa besar terjadi di seluruh Prancis setelah polisi menembak hingga tewas seorang anak laki-laki berusia 17 tahun di pinggiran kota Nanterre di Paris. Kembang api digunakan warga Prancis untuk dilemparkan pada polisi anti huru hara yang menembaki pengunjuk rasa dengan gas air mata.

Editor


Komentar
Banner
Banner