bakabar.com, JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendukung percepatan pelaku UMKM untuk melantai di bursa saham melalui penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) dengan melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan PT Bursa Efek Indonesia (BEI).
“Saya kira ini akan mempercepat (ada akselerasi), kalau kita sama-sama inkubasi supaya bisa IPO. Saya kira sudah ada inkubator, yang mungkin juga kita perlu terus empowering supaya semakin banyak,” kata MenKopUKM Teten dalam acara Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (7/6).
Menteri Teten menuturkan saat ini dari 864 perusahaan yang telah melantai di bursa saham, baru 4 persen atau 33 UMKM yang sudah IPO. Rendahnya jumlah UMKM yang telah berhasil go public, dijelaskan Teten karena sekitar 30 juta UMKM masih belum mengakses perbankan dan 6 juta di antaranya mengakses pembiayaan kepada rentenir.
Baca Juga: Konversi Motor Listrik, MenKopUKM Gandeng Bengkel Pelaku UMKM
Oleh karena itu, ia berharap Bursa Efek Indonesia bisa menginkubasi para pelaku UMKM potensial untuk menawarkan sahamnya yang berujung pada peningkatan ekonomi Indonesia.
“Kebab Bab Rafi sekarang targeted, kita didik, kita bikin shortlist mana bisa inkubasi, kita dorong IPO. Mungkin dengan cara seperti itu, ekonomi Indonesia kan cukup baik, jadi koordinasi ekonomi kita meskipun dunia sangat baik itu cukup baik. Itu keunikan UMKM sendiri,” ujar Teten.
Melalui keterlibatan BEI sebagai inkubator, Teten meyakini target 100 UMKM yang go public bisa lebih cepat tercapai karena selama ini pelaku UMKM bergerak secara mandiri yang membuat proses menuju IPO semakin panjang. Bahkan tak menutup kemungkinan jika nantinya warteg dan bakso akan IPO dengan pendampingan dari BEI.
Baca Juga: UMKM Hijau, PT Alam Siak Lestari Terapkan Bisnis Ramah Lingkungan
“Sebenarnya ini sudah banyak kegiatan usaha yang sejenis misalnya warung bakso, warteg-warteg, usaha-usaha lainnya yang bisa kita agregasi sehingga kalau minimumnya nilai Rp50 miliar itu saya kira bisa, tapi memang perlu keterlibatan inkubator," ucap dia.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Dalam Iman Rachman menuturkan bahwa salah satu tantangan terbesar UMKM adalah pendanaan. Pelaku UMKM disebutnya hanya mengenal pinjaman melalui perbankan, padahal ada skema alternatif pendanaan seperti dalam bentuk pendanaan ekuitas atau modal.
“Ini menjadi tujuan kami melakukan penjajakan kerja sama yaitu dengan tujuan mempererat pasar modal dan mendorong insan pelaku UMKM untuk masuk ke pasar modal melalui IPO sebagai akses pembiayaan yg pasti,” sebutnya.