Bisnis Di Tengah Pandemi

Modal Nekat Berbisnis Teh di Kala Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 yang terjadi di awal 2020, tidak menyurutkan Iwan Setiawan bersama keempat temannya untuk membuka bisnis kafe dengan bahan baku teh.

Featured-Image
Salah satu Owner Chitalasa Coffee and Tea, Iwan Setiawan. (Foto: apahabar.com/Gabid Hanafie)

bakabar.com, JAKARTA – Dua tahun lalu saat pandemi Covid-19 melanda menyebabkan perekonomian terpukul di sejumlah negara, termasuk di Indonesia. Di tengah situasi tersebut, Iwan Setiawan bersama keempat temannya memilih untuk memulai bisnis.

“Awalnya cuma wacana saja. Yuk kita bikin sendiri, terus tidak tahu kenapa, pas kok malah pandemi. Saat ketemu kemudian kita bikin saja,” ujarnya kepada bakabar.com di Bogor, Rabu (19/10).

Aksi nekatnya membangun bisnis di tengah pandemi Covid-19, dengan kerjasama yang melibatkan Sila Tea menghasilkan Chitalasa Coffee and Tea, yang terletak di Jalan Kresna Raya, Bogor Utara.

Baca Juga: Bea Cukai Kembangkan Fasilitas Konsultasi Ekspor untuk UMKM

Untuk urusan kopi, Iwan sudah tidak asing lagi. Tapi, untuk urusan teh, ia mengakui masih baru mengenal dunia teh. Meski begitu, tidak menyurutkan niatnya untuk menyajikan menu teh di kafe miliknya bersama teman-temannya itu.

“Karena teh punya lebih banyak varian penyajian yang unik, saya kemudian tertarik untuk menyajikan menu teh,” ucap Iwan.

Mulai dari situ menu teh kemudian disematkan ke dalam daftar minuman Chitalasa. Meski begitu, Iwan mengakui sampai saat ini masyarakat masih lebih memilih membelienu kopi ketimbang teh.

Baca Juga: Pemasaran Produk UMKM Belum Tepat Sasaran, 3 Cara Ini Bisa Dongkrak Penjualan 

Menurutnya, teh sebagai salah satu minuman penyegar, sampai saat ini, belum banyak pencintanya. Kebanyakan masih orang yang berkunjung lebih memilih kopi.

Alasannya menu teh premium masih belum familiar untuk kebanyakan orang. Sebab, selama ini teh lebih dikenal sebagai minuman dengan harga merakyat.

“Tapi, semakin hari pembelinya semakin bertambah,” ungkapnya.

Menu Unggulan

Iwan lebih banyak menjual jenis varian teh berjenis artisan tea yang merupakan teh racikan dengan campuran herbal lain seperti bunga dan rempah-rempah. Sehingga memberi manfaat tambahan dengan cita rasa baru.

Sejumlah menu artisan tea yang Iwan juga di antaranya Lemon Burst, Passion Minty, Rose Burst, Very Berry, Ginger Burst, dan Sweet Chital.

Berbeda dengan jenis Pure Tea, yang hanya berisikan daun teh tanpa campuran herbal. Sejumlah menu yang dijualnya di antaranya Chitalasa Tea, dan The Susu Bogor Banget (TSBB).

“Campuran herbal yang dipakai bisa macam-macam, mulai dari bunga hingga rempah,” imbuhnya.

Baca Juga: Tips UMKM Memulai Digital Marketing untuk Meningkatkan Penjualan

Salah satu menu andalannya, Black Booster, memiliki campuran hingga tujuh macam herbal berbeda, hingga lebih terasa seperti jamu.

Khasiatnya, tidak hanya untuk memberi kesegaran, tapi juga meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh.

“Masih banyak lagi jenis artisan tea yang kami buat,” ucap Iwan.

Dari awal perjuangannya memulai bisnis saat pandemi, kini ia bisa menjual hingga 50 cup per hari dengan rata-rata harga Rp22.000.

Produk teh kemasan re-branding dari produksi Chila tea yang dikemas kembali menjadi Chisalata Tea dapat dibeli pengunjung untuk diseduh di rumah. (Foto: bakabar.com/Gabid Hanafie)
Produk teh kemasan re-branding dari produksi Chila tea yang dikemas kembali menjadi Chisalata Tea dapat dibeli pengunjung untuk diseduh di rumah. (Foto: bakabar.com/Gabid Hanafie)

Produk yang ia jual tidak hanya untuk konsumsi di tempat, tapi juga sudah ada yang dibuat dalam bentuk kemasan seduh. Untuk yang ditakar, selain karena harganya lebih ekonomis, rasa dari tehnya bisa diatur sesuai selera.

Produk teh yang ditawarkan merupakan re-branding dari produksi Sila tea yang dikemas kembali menjadi Chisalata Tea.

Iwan sendiri memiliki visi jangka panjang untuk pengembangan bisnisnya. Selain ingin berkembang menjadi waralaba, ia juga berniat mengembangkan bisnis pada hulu. Visi jangka panjangnya, Iwan memiliki niatan untuk membangun bisnis dari hulu ke hilir. 

“Kedai ini jadi hilirnya, ke depan ingin mengejar hulu seperti memiliki kebun sendiri,” tutupnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner