bakabar.com, BANJARMASIN – Teka-teki kematian satu keluarga di gudang pakaian, Jalan Ratu Zaleha, Karang Mekar, Banjarmasin Timur, belum terjawab.
Hingga kini polisi belum bisa memastikan penyebab kematian, meski temuan jasad dalam kondisi tertimbun pakaian tanpa luka di sekujur tubuhnya.
Kendati demikian, Ahli Kimia dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prof Muthia Elma punya pandangan lain.
Sulitnya Polisi Ungkap Penyebab Kematian Satu Keluarga di Banjarmasin
Kepada bakabar.com Sabtu (11/9), Muthia menduga kematian satu keluarga tersebut akibat keracunan gas karbon monoksida (CO).
Mengapa bisa? Alasannya, terdapat satu buah pendingin ruangan (AC) di lokasi kejadian. Ditambah lagi, kondisi bangunan rumah TKP sangat pengap. Sedikit ruang udara.
"Saya rasa kondisi korban saat itu sudah dalam keadaan lemas. Kemudian korban kemungkinan mencoba menarik sesuatu, namun tidak bisa dengan sempurna sehingga tumpukan pakaian itu bisa jatuh," bebernya.
Karbon monoksida merupakan senyawa yang beracun. Jika terhirup secara berlebihan, korbannya bisa kehilangan kesadaran hingga meninggal dunia.
Senyawa ini umumnya dihasilkan dari beragam proses, termasuk pembakaran batu bara, kayu, dan penggunaan bahan bakar pada kendaraan bermotor. Gas ini tidak berbau, berwarna, dan tidak bisa dirasakan.
Ketika seseorang terpapar atau menghirup gas karbon monoksida, kemampuan darah untuk mengikat oksigen akan berkurang. Hal ini karena gas CO lebih mudah terikat dengan hemoglobin dan kemudian membentuk carboxyhaemoglobin (COHb).
Semakin banyak COHb yang terbentuk, maka semakin sedikit oksigen yang beredar di tubuh. Singkat cerita, tubuh mengalami kekurangan oksigen.
"Cuman dalam kasus ini, gas CO dihasilkan dari reaksi gas ya," jelasnya.
Kasus serupa, kata Muthia, pernah terjadi di Australia. Kebetulan saat itu berkuliah di sana.
"Namun ketika itu [korban] bisa diselamatkan karena mendapat penanganan lebih cepat dari medis. Mungkin ini juga karena mereka merupakan negara maju," jelasnya.
"Jadi kalau orang keracunan itu harus segera diberi oksigen," tambah anggota Tim Pakar Covid-19 ULM ini.
Karenanya, Muthia menyarankan bagi keluarga yang menggunakan AC untuk tidak menyalakannya 24 jam penuh. Selain itu, perlu pengecekan dan servis rutin.
"Kalau pun misalkan AC kita tak sempat mematikan, paling tidak buka pintu untuk memberikan ruang udara," imbaunya.
TKP Pengap
Tragis, Satu Keluarga di Banjarmasin Ditemukan Tewas Tertimpa Tumpukan Baju
Pantauan bakabar.com, rumah H Kadir sesak akan pakaian. Tumpukan baju maupun celana yang sudah terkemas memenuhi sudut bangunan oranye berlantai dua itu.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya: