bakabar.com, KANDANGAN – Bangunan berdinding paranet berdiri tegak di sisi kanan jalan utama Persemaian Permanen KPH Hulu Sungai di Desa Ambutun, Kecamatan Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).
Bangunan yang teduh dan sejuk itu dikelilingi berbagai macam tanaman. Di antaranya pinus, sungkai dan sawit. Dari luar terlihat rak – rak dari baja ringan yang di atasnya tersusun rapi beberapa buah pot bunga.
Ya, itulah Rumah Anggrek KPH Hulu Sungai.
Di dalam bangunan berukuran 6 x 9 meter itu, terdapat 10 jenis anggrek yang hidup di wilayah kelola KPH Hulu Sungai.
“Sebut saja seperti anggrek hitam, anggrek tebu, anggrek bulan, anggrek kantung semar, dan anggrek alam lain,” ucap Kepala KPH Hulu Sungai, Rudiono Herlambang melalui siaran pers yang diterima bakabar.com, Selasa (18/8) siang.
Rudiono menilai potensi pengembangan tanaman anggrek di KPH Hulu Sungai cukup besar. Namun, ia memprediksi tanaman itu akan punah jika terus-terusan diambil dan dijual.
Apalagi Rudiono melihat penjualan anggrek alam mulai marak. Di sisi lain, tak banyak orang yang membudidayakannya.
“Kalau secara terus – menerus diambil dan dijual, lama – lama akan langka dan punah. Dari sekarang kita harus melestarikannya,”
Sementara itu, Penyuluh Kehutanan KPH Hulu Sungai, Djuliati tampak memelihara tanaman anggrek tersebut.
“Sudah saatnya kita melestarikan dan melindungi flora serta fauna yang ada. Karena mereka penyeimbang kehidupan alam,” pungkasnya.
Editor: Puja Mandela