bakabar.com, JAKARTA - Covid-19 dipastikan tak menyebar secara seksual. Namun beberapa aktivitas dalam hubungan seksual berpotensi menularkan virus corona, misalnya deep kiss, oral seks dan lainnya.
Laporan dari Mentimeter yang bertajuk The Lockdown Love beberapa waktu lalu mendapati sebagian pasangan berhubungan seks atau wik wik wik lebih sedikit.
Padahal sebenarnya, di sisi lain berhubungan seksual (wik wik wik, istilah hubungan seksual pada lirik lagu yang sempat viral) di masa pandemi Covid-19 juga dapat memberikan manfaat fisik dan emosional. Wik wik wik di masa pandemi sebaiknya harus dilakukan dengan memastikan diri dan pasangan bebas dari Covid-19.
Psikolog klinis dewasa Inez Kristanti menjelaskan di masa pandemi Covid-19 yang penuh dengan tekanan, wik wik wik dengan pasangan (suami atau istri) dapat memberikan rasa nyaman dan ketenangan.
“Bisa saja, beberapa orang mendapatkan manfaat dari keintiman fisik dan emosional dengan pasangan dalam menghadapi situasi yang stressful,” kata Inez, dikutif bakabar.com dari CNNIndonesia.com.
Saat wik wik wik, tubuh mengalami peningkatan aliran darah. Produksi hormon adrenalin seperti dopamin dan epinefrin juga meningkat. Saat mencapai orgasme, tubuh juga melepaskan oksitosin, serotonin, dan DHEA.
Hormon oksitosin menimbulkan perasaan puas dan rileks. Sedangkan, serotonin berkaitan dengan rasa bahagia dan tenang. Sementara DHEA memiliki efek antidepresan dan meningkatkan kekebalan tubuh. Di masa pandemi Covid-19 ini, sistem imunitas tubuh yang kuat penting untuk mencegah dari Covid-19.
Studi dari Wilkes University mendapati bahwa orang yang berhubungan seks sekali atau dua kali seminggu mengalami peningkatan imunoglobulin A hingga 30 persen. Peningkatan imunoglobulin A dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Studi lain juga menunjukkan berhubungan seksual dapat membakar kalori, meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah, memperkuat otot, dan mengurangi migrain serta sakit kepala.
Baca Berita Selengkapnya di Halaman Selanjutnya:
Tak ada aturan baku wik wik wik
Agar bisa mendapatkan manfaat dari berhubungan seksual ini, pasangan harus melakukan aktivitas yang nyaman dengan komunikasi yang terbuka. Inez menjelaskan tak ada aturan baku dalam berhubungan intim, lantaran seksualitas merupakan sesuatu yang sangat personal dan dapat berbeda-beda pada setiap orang.
“Preferensi setiap orang bisa berbeda-beda, sehingga tidak bisa dikatakan ada “manual” untuk melakukan aktivitas seksual yang paling baik untuk semua orang. Kenali apa yang nyaman untuk tubuh, jalin komunikasi yang terbuka terkait seksualitas dengan pasangan, ingat tidak ada “tahapan” yang harus diikuti oleh semua orang untuk membuat sebuah aktivitas seksual bisa dikatakan baik,” tutur Inez yang merupakan psikolog di Klinik Angsa Merah.
Namun, Inez juga menyoroti bahwa saat pandemi sebagian orang mengalami penurunan libido yang membuat hasrat dan kepuasan seksual berkurang.
“Akan tetapi, beberapa orang juga melaporkan adanya penurunan libido atau gairah iseksual pada saat pandemi. Dapat dimaklumi, karena situasi hidup yang menantang dan stressful juga bisa berkontribusi terhadap minat seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas lainnya, salah satunya aktivitas seksual,” ucap Inez
Saat gairah seksual menurun, Inez menyarankan agar pasangan tidak absen berhubungan seksual. Pasangan harus tetap berusaha dan kreatif agar hubungan lebih menyenangkan dan bisa membangkitkan kembali gairah yang hilang.
“Akan tetapi, ketika gairah menurun atau tidak ada pun, bukan berarti harus sepenuhnya absen untuk melakukan aktivitas seksual. Aktivitas seksual pun tidak hanya terbatas pada hubungan senggama saja, tetapi sentuhan fisik yang intimate juga dapat menjaga kedekatan di dalam hubungan, atau bahkan juga membangkitkan gairah seksual,” kata Inez yang juga merupakan pengajar di Unika Atma Jaya.
Inez menyebut aktivitas seksual tidak selalu harus diakhiri dengan senggama atau orgasme. Pasangan harus tetap nyaman dan menghormati keinginan serta batasan masing-masing.
Di masa pandemi ini, Inez juga menyarankan setiap orang. untuk dapat beradaptasi dengan situasi yang ada. Adaptasi dengan perubahan aktivitas seksual dan menganalisis risiko terhadap Covid-19.
“Misalnya saja, mungkin pasangan yang tidak tinggal satu rumah atau salah satu (bahkan dua-duanya) bekerja di tempat yang rawan terpapar dengan Covid-19, memiliki risiko yang lebih besar ketika melakukan aktivitas seksual berpasangan. Bicarakan ini dengan pasangan secara terbuka, agar dapat disepakati bentuk keintiman yang dirasa aman dan nyaman untuk kedua belah pihak,” kata Inez. (CNN)
Editor: Syarif