Kalsel

Menguji Klaim Jembatan Sei Alalak Antigempa hingga Tahan Seabad

apahabar.com, BANJARMASIN – Jembatan Sei Alalak telah diresmikan. Presiden Joko Widodo membubuhkan tanda tangannya di sebuah…

Featured-Image
Presiden Joko Widodo didampingi sejumlah menterinya bersama Gubernur Kalsel Sahbirin Noor usai meresmikan Jembatan Sei Alalak, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (21/10).Foto: Kementerian PUPR

bakabar.com, BANJARMASIN – Jembatan Sei Alalak telah diresmikan. Presiden Joko Widodo membubuhkan tanda tangannya di sebuah prasasti, Kamis sore (21/10).

Dengan demikian, jembatan penghubung antara Banjarmasin dengan Barito Kuala sudah resmi dapat difungsikan masyarakat secara umum.

Jembatan sepanjang kurang lebih 800 meter itu dibangun dengan menghabiskan duit dari Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN) hingga Rp278 miliar.

Jembatan Sei Alalak disebut satu-satunya jembatan di Indonesia berkonsep melengkung. Memiliki dua tiang pancang, diikat puluhan kabel di dek jembatan sebagai penahan. Disebut Cable Stayed.

Presiden Jokowi saat peresmian menyebut bahwa pembangunan Jembatan Sei Alalak menggunakan teknologi canggih. Jadi wajar anggaran yang digunakan cukup besar.

Jembatan Alalak Megaproyek Terakhir Kalsel? Habib Banua: Dirjen Permalukan Presiden

Paling menjadi sorotan, Jokowi mengklaim Jembatan Sei Alalak tahan terhadap gempa. Usianya pun diperkirakan mampu bertahan hingga 100 tahun.

Lantas benarkah klaim demikian? Pertanyaan ini disodorkan kepada Hasan Husaini. Ia adalah Ahli Utama Jembatan sekaligus Dewan Pakar Ikatan Nasional Tenaga Ahli Konsultan Indonesia (Intakindo) Kalimantan Selatan.

Hasan tahu persis terkait rencana pembangunan jembatan Sei Alalak ini. Ia sempat terlibat di perencanaan awal. Walaupun akhirnya keluar.

“Perencanaan memang seratus tahun. Di perencanaan itu juga ideal sekali tahan gempa. Karena Kalsel ini termasuk zona gempa, walaupun nilainya kecil. Tapi di perencanaan sudah dimasukkan,” ujarnya kepada media ini, Jumat (22/10).

Seperti diketahui, pengerjaan Jembatan Sei Alalak sempat molor. Sesuai kontrak, semestinya kelar Desember 2020. Namun, jembatan baru dinyatakan selesai September 2021.

Berbagai keriuhan turut mewarnai menjelang pembukaan Jembatan Sei Alalak ini. Dari soal adanya konvoi motor gede (Moge) di atas jembatan, hingga kode “ading Basit”.

Wajar masyarakat cemburu karena sudah terlalu rasa stres menunggu dibukanya jembatan itu. Bergelut dengan kemacetan selama kurang lebih tiga tahun bukan hal gampang bagi warga di Banua.

Hingga akhirnya pada Minggu 26 September sore usai dilakukan loading test atau uji kelayakan lantai. Jembatan Sei Alalak pun dibuka. Dengan catatan masih uji coba. Alasannya karena belum diresmikan.

Kendati dibuka untuk umum, ada pembatasan yang dilakukan. Kendaraan roda enam ke atas tak diperkenankan melintas.

Spanduk pemberitahuan pun dipasang di bagian depan jembatan baik wilayah Banjarmasin maupun Batola.

Mengetahui adanya pembatasan itu, muncul pernyataan di benak ahli utama jembatan itu. Mengapa harus ada pembatasan di jembatan yang diklaim mampu menahan getaran gempa?

“Kalau masyarakat awam tidak terlalu masalah. Tapi bagi orang teknis “kenapa?”,” tanya Hasan.

Ia bilang Jembatan Sei Alalak masuk jalan Nasional. Sesuai kapasitas sudah memenuhi standar dengan beban perhitungannya.

“Secara logika dari perencanaan 100 tahun, tahan gempa. Dalam artian, kalau hanya truk tak pengaruh banyak dengan jembatan tahan gempa yang perhitungannya sudah memenuhi standar nasional,” imbuhnya.

Hasan pun tak mengetahui bagaimana hasil uji kelayakan jembatan tersebut. Pasalnya, sekali lagi ia sudah tak masuk dalam proyek pembangunan jembatan.

Namun sekali lagi ia menekankan, “Apakah uji layak fungsi ini sudah memenuhi syarat-syarat yang diharapkan? sesuai klaim jembatan itu tahan gempa? sesuai jembatan itu berumur 100 tahun? sesuai jembatan itu milik jalan nasional?” ujarnya.

Sementara, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Jembatan Sei Alalak, Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Kalsel, Andika Mulrosha bilang kekuatan dan ketahanan jembatan sudah sesuai rencana.

“Berdasarkan perencanaannya begitu. Jembatan khusus umum umurnya sampai 100 tahun,” ujar Andika.

Ia mendengar sebuah bangunan yang difungsikan untuk umum mampu bertahan hingga satu abad itu merupakan hal yang mencengangkan bagi masyarakat awam.

Tapi bagi pihaknya itu merupakan hal yang wajar, sebab mereka mengetahui proses pembangunan dan aturan-aturan main dalam pengejaran konstitusi.

“Kalau untuk orang awam mungkin tanggapannya wah,” imbuhnya.

Lalu bagaimana cara untuk mengetahui ketahanan konstruksi tersebut? Andika tak menjelaskan secara rinci.

Ia hanya bilang bahwa hitung-hitungan ketahanan konstruksi jembatan telah dilakukan sedemikian rupa.

“Dalam hal teknis bisa dihitung secara terukur,” imbuhnya.

Sama halnya soal ketahanan terhadap getaran gempa. Andika mengklaim pembangunan Jembatan Sei Alalak telah mengikuti aturan-aturan Standarisasi Nasional terkait tahan gempa.

Lalu di getaran berapa skala richter Jembatan Sei Alalak mampu bertahan? Andika lagi-lagi tak menjawab secara spesifik.

Ia hanya bilang bahwa ketahanan konstruksi jembatan Sei Alalak telah disesuaikan dengan peta gempa.

“Analisis gempa itu sesuai peta gempa, sesuai wilayah atau lokasi suatu konstruksi itu berada. Dasarnya dari peraturan gempa dan ada hitungan teknisnya. Ada SNI (Standar Nasional Indonesia) yang kita acu sebagai dasar analisis,” bebernya.

Segala perhitungan atau analisis perencanaan Jembatan Sei Alalak, kata dia, telah dilakukan dengan saksama, serta mendapat sertifikat persetujuan terkait desainnya melalui pembahasan dengan para ahli yang berasal dari universitas dan institut terbaik di Indonesia.

“Jadi semua sudah diperhitungkan secara terukur,” pungkasnya.

Jembatan Alalak Megaproyek Terakhir Kalsel? Habib Banua: Dirjen Permalukan Presiden

Komentar
Banner
Banner