bakabar.com, BATULICIN – Pulau Panjang atau yang sering dikenal dengan sebutan Pulau Burung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu.
Desa ini bisa ditempuh sekitar 5 jam dari Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), Kota Banjarmasin.
Waktu tempuh dari Tanbu menuju desa Pulau Burung sekitar 15 menit menggunakan kapal penyeberangan.
Pulau ini merupakan sebuah perkampungan yang berpenduduk sekitar 300 jiwa dan terdiri dari 87 KK.
Adapun luas wilayah Pulau Burung yakni 545 hektar. Di mana sebagian besar dikelilingi hutan mangrove (Bakau).
Pulau ini dulunya merupakan sebuah perkampungan biasa yang tidak banyak diketahui orang.
Namun, setelah ditata dengan baik sejak kurun waktu sekitar dua tahun, pulau ini mendadak menjadi alternatif destinasi wisata lokal di Kalsel.
Baru-baru ini, DEMA UIN Antasari Banjarmasin baru saja selesai mengadakan program kerja Antasari Mengabdi di Desa Pulau Burung tersebut.
Kegiatan ini adalah bentuk pengabdian diri sebagai mahasiswa untuk menjadi bagian dalam pengembangan desa khususnya di Pulau Burung.
Dengan potensi daerah di Desa Pulau Burung ini, Ketua DEMA UIN Antasari,Muhammad Rizali yakin destinasi Pulau Burung ke depannya sangat maju dan banyak dikunjungi wisatawan.
“Kami optimis desa ini ke depannya akan menjadi alternatif liburan wisatawan,” ucap Rizal.
Bukan tanpa alasan, pulau Burung dinilai memiliki kekayaan Sumber Daya Alam (SDA). Mulai dari kawasan hutan Mangrove hingga terbentangnya gazebo di pesisir.
“Ini membuat mata bisa menikmati terbit tenggelamnya matahari di Desa Pulau Burung,” katanya.
Selain itu, sambung dia, para wisatawan juga bisa bertemu langsung dengan spesies binatang langka Kalimantan, Bekantan.
Seperti diketahui DEMA UIN Antasari Banjarmasin Kabinet Candradimuka baru saja menyelesaikan kegiatan Antasari Mengabdi, sejak 12-20 Januari 2020.
Selama 9 hari di sana, banyak program kerja yang sudah dikerjakan.
Di antaranya seperti pembuatan plang besar Pulau Burung, Lorong Antasari, Gerbang Candradimuka, Taman Insan Cita.
Semua bahan dominan bersumber dari bahan baku bambu dan rotan.
Serta juga membuat pot bunga dari limbah plastik sampah.
Selain itu juga, mereka membuat layang-layang dan mainan anak-anak yang merupakan bagian dari program ekonomi kreatif.
Pembuatan plang mesjid, plang toilet, plang wisata mangrove, sosialisasi tentang asuransi nelayan bersama OJK dan Jasindo, dengar pendapat bersama Dinas Pariwisata Tanah Bumbu dan masih banyak program kerja rutin lainnya seperti mengajar, berosisial dan lain sebagainya.
Baca Juga:Dishut Kalsel Kembangkan Wisata Bukit Batu di Tiwingan Baru
Baca Juga:Event Sepeda Balatupan di Tala Jadi Ajang Promosi Wisata
Reporter: Muhammad Robby Editor: Syarif