News

Membaca Untung Rugi Bagi PDI-P Berkolaborasi dengan KIB di Pemilu 2024

PDI-P menjadi satu-satunya partai yang tidak membutuhkan koalisi dalam helatan pemilu 2024. Ini tantangan sekaligus keuntungan bagi mereka untuk melangkah.

Featured-Image
Ilustrasi proses pencoblosan dalam pemilu (Foto: Setda Dompu)

bakabar.com, JAKARTA - PDIP-P merupakan satu-satunya partai yang tidak membutuhkan koalisi untuk pemilu 2024. Hal ini sangat menguntungkan bila mereka ingin berjalan dalam trek ideologi dan kekuatan politik untuk mengawal misi partainya.

Namun jika PDI-P bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dapat dipastikan mereka punya kans yang kuat untuk melenggang sukses di pemilu 2024 mendatang.

Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago menjelaskan sebagai partai pemenang pemilu di tahun 2014 dan 2019, PDI-P cukup sulit melaksanakan misi ideologis mereka karena harus berbagi kekuasaan dengan partai lain. Jika di Pemilu 2024 PDI-P kembali mengambil kesempatan bergabung dengan KIB.

“PDI-P ini udah bisa usung capres dan cawapres sendiri. Tentu sangat rugi secara ideologis jika masih berkompromi dengan partai lain. Kesempatan ini tidak hanya ditunggu oleh kader-kader ideologis PDI-P, tetapi juga publik yang berharap partai mengusung kader-kader terbaiknya dan figur non-parpol tanpa harus ada kompromi lintas partai," kata Arifki di Jakarta, Kamis (29/12).

Baca Juga: Hasto Ungkap Alasan PDI-P Tetap Pakai Nomor 3 dalam Pemilu 2024

Ia menilai masih ada peluang dan tantangannya. Adapun yang pertama, dari segi mesin koalisi memang PDIP memiliki calon figur potensial seperti Ganjar Pranowo dijagokan di lembaga survei. Kader PDI-P ini diindikasikan dekat dengan KIB, sehingga komunikasi koalisi lebih cepat cair.

Menurutnya dengan tantangan berkoalisi tersebut, PDI-P secara leluasa dapat mengusung capres dan cawapresnya sendiri tanpa harus berkoalisi dengan partai lain.

“Ini momentum bagi PDI-P untuk mengusung kader terbaik (ideologis) berada di pentas nasional. Kesempatan ini juga bisa dimanfaatkan oleh PDI-P untuk mencari cawapres non-parpol untuk berpasangan dengan kadernya,” jelasnya.

Baca Juga: Tepis Rumor Koalisi Rapuh: NasDem, Demokrat dan PKS Pastikan Solid Satu Barisan

Pertama, bergabungnya PDI-P dengan KIB tentu memberikan keuntungan bagi Jokowi karena bersatunya partai pendukung pemerintah melanjutkan agendanya pasca 2024. Dengan upaya melakukan eksperimen politik untuk mengusung kader ideologis tanpa harus khawatir kalah di Pemilu 2024.

“KIB bakal memperkecil jumlah koalisi politik di Pilpres 2024. Dua atau tiga pasang masih mungkin terbentuk. Tetapi koalisi KIB dengan PDI-P lebih mudah menggoyahkan partai lain”, ujar Arifki.

Kedua, dengan meleburnya KIB dan PDI-P dalam praktiknya di politik, dapat juga membantah teori efek ekor jas dengan memaksimalkan tokoh-tokoh terbaik yang bakal maju sebagai calon legislatif. Jadi peluang PDI-P kemungkinan menang dapat dimaksimalkan.

“Harapan saya bagi PDI-P saatnya memenangkan Pilpres tanpa harus berkoalisi dengan partai lain. Pemilu serentak 2024 juga bakal mengalihkan fokus partai lain yang sedang mempersiapkan proses caleg,” tuturnya.

Baca Juga: Tepis Rumor Koalisi Rapuh: NasDem, Demokrat dan PKS Pastikan Solid Satu Barisan

Diketahui, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), yang terdiri dari PAN, Golkar, dan PPP, belum mengumumkan calon presiden dan wakil presidennya. Namun hanya PDI-P menjadi satu-satunya partai yang dianggap tidak berkoalisi.

Hal itu disampaikan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan, KIB menunggu partai lain bergabung sebelum mengumumkan calon presiden dan wakil presiden.

“Setelah saya melihat peta partai, masih ada yang belum berkoalisi yaitu PDI-P,” ucap Airlangga, Kamis (29/12). (Ratih Widihastuti Ayu Hanifah)

Editor


Komentar
Banner
Banner