Mega Proyek Smelter

Melihat Lokasi Smelter Terbesar Indonesia Setelah Manyar

Bukan Tanah Bumbu Kalimantan Selatan (Kalsel), pabrik terbesar smelter nikel di Indonesia kedua ternyata ada di Blok Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Featured-Image
Foto: Lokasi Bakal Berdirinya Smelter Nikel di Pomalaa Kolakaa, Sultra. (Shafira Cendra Arini/detikcom).

Setelah beroperasi, diperkirakan Smelter Pomalaa dapat menghasilkan 120.000 ton nikel per tahunnya.

Blok Pomalaa digadang-gadang bakal menjadi salah satu produsen nikel terbesar di dunia.

Dari sana, nantinya akan dihasilkan lithium sebagai salah satu bahan pembuat baterai kendaraan listrik.

PT Vale Indonesia Tbk akan membangun kawasan industri nikel di Blok Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sultra itu.

Proyek Blok Pomala seluas 20 hektar ini merupakan buah kerja sama PT Vale dengan perusahaan asal China, Zhejiang Huayou Cobalt Company.

Baca Juga: Pembangunan Smelter, Pengamat: yang Harus Dijual Produk Bukan Bahan Baku

Baca Juga: Konglomerat Ternama 'Bermain' di Bisnis Smelter

Nantinya akan dibangun area tambang nikel, smelter atau pabrik nikel berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL), serta port atau pelabuhan.

Menuju ke area tambang, seperti dikutip dari detikcom pada Jumat (23/12), dibutuhkan waktu yang cukup lama mengingat jarak dari pintu depan ke lokasinya lebih dari 5 km.

Terpantau seluruh area Blok Pomalaa ini diselimuti tanah berwarna kemerahan khas area nikel.

Infrastruktur jalannya telah terbentuk sehingga bisa dilalui kendaraan. Keamanannya pun juga sangat ketat mengingat area ini merupakan kawasan industri pertambangan.

Dalam areal pertambangan, mobilisasi harus didampingi mobil keamanan, disertai dengan pengunjung yang harus mengenakan alat pelindung diri (APD).

Setelah tiba di lokasi tambang, tampak sejumlah alat berat terpakir. Dari mulai eksavator hingga truk. Terlihat pula beberapa gundukan tanah beserta tenda-tenda, tanda prosea persiapan pembangunan telah dilangsungkan.

Head of Communication Vale Indonesia Bayu Aji mengatakan luas area tambang atau mind development berada di kisaran 36 hektar. Area ini kini tengah dalam tahap pre-mining atau persiapan penambangan.

"Kita enggak mungkin kalau pabriknya belum jadi, enggak mungkin kita nambang. Makanya saat ini kita lagi di tahap pre-mining," kata Bayu.

Pada tahap ini, Bayu menjelaskan sebanyak 22% dana dialokasikan untuk tahapan ini. Antara lain persiapan untuk infrastruktur pertambangan, water treatment, hingga top soil conservation.

Setelah itu, tahapan akan dilanjutkan dengan tahap mining atau penambangan. Tahapan ini menyerap dana hingga 53%.

Barulah setelah itu dilanjutkan ke tahap berikutnya yakni post mining yang menyerap dana sebesar 25%.

"Ini post mining. Setelah kita udah nambang, ditutup lagi. Post mining itu kita ngebalikin top soil, lapisan di atas tambang itu, nutup tambangnya. Wastenya di-treat, kemudian dimonitor lagi environmentnya. Kemudian direhabilitasi lagi, di tanam kembali bekas tambang itu," ujar Bayu.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya: 

HALAMAN
123
Editor


Komentar
Banner
Banner