bakabar.com, PARINGIN – Bertolak dari Palangka Raya, Ricky yang enggan disopiri ngotot mengambil alih kemudi Mitsubishi Triton. Aksi itu dilakukannya usai bertolak dari Muroi Raya, Kabupaten Kapuas pada sekitar pukul 09.00, Selasa (7/9).
Ditemani ayah dan rekannya, mereka berencana menuju Rumah Sakit Sambang Lihum di Kabupaten Banjar.
“Dia enggak mau orang nyetir, tadi mau ke arah Banjar ayahnya mau nyetir tapi tetap dia bersikeras,” ujar Arifa Aisyah, kakak kandung Ricky kepada bakabar.com.
Di dalam mobil dengan sebuah bendera putih di kabin belakang itu juga terdapat Rukin. Rukin merupakan rekan Ricky yang ikut dalam aksi bagi-bagi emas pada Selasa 31 Agustus silam.
Mereka bertolak dari Kapuas menuju Banjar pada pukul 09.00 melalui rute Buntok-Tamiang Layang-Tanjung. Sepanjang perjalanan Ricky terus meracau.
“Bendera itu gak boleh dicabut sama Ricky,” jelas Arifa.
Mendekati Tanjung, Ricky tampak kelelahan. Ia memilih berhenti di rumah Arifa untuk beristirahat. Di sana, Ricky masih tampak kebingungan.
“Sempat mengebut di jalan, lalu keluarga menghubungi anggota kepolisian Balangan minta untuk diberhentikan,” ujar Arifa.
Melanjutkan perjalanan ke Banjar, Ricky kembali ngotot mengemudikan mobil. Hingga akhirnya, pada sekitar pukul 20.00 petugas dari Polsek Paringin memberhentikan mobilnya tepat di depan Pos Polisi, Jalan Ahmad Yani Km 0.
Di Mapolsek, Ricky tampak normal. Namun kadang-kadang bicaranya ngelantur. Keluarga kemudian berinisiatif memberikan obat tidur agar Ricky terlelap.
Kanit Reskrim Polsek Paringin, Bripka Jamaluddin meminta Ricky untuk tidak mengemudi lagi. Ricky kemudian menyanggupinya.
“Jika nanti ada apa-apa di jalan, hubungi saya, kita akan koordinasi dengan kepolisian di wilayah lain,” ungkap Jamaluddin.
Pantauan bakabar.com, sekitar pukul 21.00 rombongan Ricky kembali melanjutkan perjalanan ke Banjar dari Paringin. Ricky tampak dikawal oleh lima orang keluarganya yang beberapa di antaranya berjaga di kabin belakang mobil.
Arifa mengungkapkan alasan Ricky terus ngotot mengemudikan mobil tersebut.
“Jadi, keluarga mau membawa ke Sambang Lihum (Rumah Sakit Jiwa), tapi si Ricky ini gak mau. Maunya ke Sekumpul,” ujarnya.
Kisah Ricky
Lima hari berkelana, Ricky membagi-bagi emas dari tabungan pribadinya ke warga di penjuru Kalimantan Selatan. Totalnya mencapai 1,21 kilogram.Setelah aksi viralnya itu, pihak keluarga berencana memeriksakan Ricky ke rumah sakit jiwa.
Sepekan belakangan, nama Ricky jadi perbincangan hangat warga di hulu sungai, Bumi Lambung Mangkurat, hingga Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Tak hanya di Amuntai Utara, dan Banjarbaru, Ricky rupanya juga membagi-bagikan emas ke warga di Kabupaten Paringin, Kabupaten Banjar, dan Kota Banjarmasin. saat dalam perjalananmenuju Kalimantan Selatan.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:
Dari Kalimantan Tengah, ia mengambil rute Palangka Raya-Tanjung. Jika diuangkan, nilai emas ini mencapai Rp700 juta dengan estimasi Rp700 ribu per gramnya.
Lantas, dari mana emas sebanyak itu? Kurang lebih sepekan melakukan penelusuran, bakabar.com berhasil berkomunikasi dengan Arifa Aisyah, adik kandung Ricky. Arifa saat ini berdomisili di Tanjung, Kabupaten Tabalong. Sebelum tiba di Amuntai, Ricky sempat menghubunginya pada Selasa 31 Agustus.
“Saat itu suaranya terdengar ketakutan, bilangnya mau ke Tanjung dari Tamiang Layang, ada urusan mendesak dan minta jemput,” ujar Arifa kepada media ini.
Arifa lantas meminta Ricky untuk menunggunya di Simpang Tiga Kelua, perbatasan Kalteng-Kalsel. Namun ditunggu hingga pukul 22.00, Ricky tak kunjung muncul. Nomor teleponnya sudah tak aktif lagi.
Sementara, warga di Langgar Darul Muttaqin, Amuntai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Utara dikejutkan oleh kedatangan seorang pria. Mulanya, warga melihat mobil dobel kabin berplat KH melewati langgar. Mendengar anak anak melantunkan maulid Habsyi, Mitsubishi Triton itu meluncur mundur.
Mengenakan serban putih sebagai penutup wajah, pria ini turun dari mobilnya dan menghampiri anak-anak. Sejurus itu, ia menyelipkan beberapa butir emas ke balik kitab di atas salah satu meja rehal. Anak-anak pun berhamburan mengambilinya. Terhitung, ada 19,67 gram yang dibagi-bagikannya. Esok harinya, mereka menjualnya senilai Rp13,8 juta. Uang itu, kata Imis, salah seorang pengelola musala, akan digunakan untuk perlengkapan anak-anak bermaulid habsyi.
"Bila ada orang datang, biasanya memberi makanan saja," ujar Imis, malam itu. Selain emas, ada belasan batu putih dibagikan. Namun saat dicek, batu itu bukan intan atau permata.
Nah, belakangan diketahui, pria misterius itu adalah Ricky.
Arifa sendiri tak tahu kejadian di Amuntai itu. Sampai menjelang tengah malam, ia menerima telepon dari kakak keduanya yang berdomisili di Asam-Asam, Tanah Laut. Dia mengaku baru saja berkomunikasi dengan Ricky, kakak pertamanya itu.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:
“Katanya mau ke Sekumpul, tidak jadi ke Tanjung, karena ada urusan mendesak lewat Amuntai,” ujar Arifa. Setelahnya, Arifa tak lagi menerima kabar. Kemungkinan besar Ricky sedang dalam perjalanan menuju Sekumpul.
Sampai di Martapura, Ricky melanjutkan aksi bagi-bagi emas. Dari sini baru terungkap jika ia membawa emas hasil pembelian di sebuah pendulangan di perbatasan Buntok-Palangkaraya. Ricky rupanya tak sendiri. Ia ditemani Rukin. Sepanjang perjalanan anak buahnya itu sudah meminta Ricky menghentikan aksi bak Sultan.
“Kamu tidak usah ikut campur, berdiam saja temani aku,” ujar Rukin menirukan perkataan Ricky.
Kamis 2 September, keduanya terlacak di Banjarbaru. Sekitar pukul 14.30, Ricky mendadak muncul di kantor unit pelayanan pendapatan daerah Samsat setempat.
Tiba-tiba ia menghampiri petugas dan memberikan beberapa butir emas. Alasannya, membayar pajak kendaraan. Namun, saat petugas meminta data, Ricky tak bisa menunjukkan. Petugas pun heran.
“Dia ngasih emas buat bayar pajak. Kemudian dia bilang nanti tiga hari lagi dicek,” cerita Kepala UPPD Tommy Hariadi.
Tiga hari berselang, Ricky pulang ke kediamannya di Muroi Raya, Kabupaten Kapuas (bukan Palangka Raya seperti yang ditulis sebelumnya). Keanehan kembali muncul. Begitu akan tiba di kampung, Ricky meninggalkan begitu saja Triton yang dikendarainya di tepi jalan.
“Saat diperiksa, mobil itu sudah habis minyak,” ujar Arifa. “Kakak saya ini memang suka berbicara aneh-aneh seminggu ini.”
Lantaran tak berhenti meracau, pihak keluarga memberinya obat tidur. Saat terbangun, Ricky bilang kepada keluarganya bahwa emas dan uang tunai yang dibawanya telah dibagi-bagikan di sepanjang jalan menuju Martapura, Banjarbaru hingga Banjarmasin.
“Tapi kadang-kadang juga mencari-cari keberadaan emasnya,” ujar Arifa.
Arifa menduga kakaknya itu sedang berhalusinasi. Akibat aksi Ricky itu, keluarganya harus kehilangan emas yang rencananya akan dijual saat harga emas mulai membaik, ditambah uang tunai senilai Rp2 juta.
“Emas itu kalau dihitung abah saya nilainya hampir satu miliar,” ujar Arifa.
Untuk sederet keanehan pada Ricky, pihak keluarga berencana membawanya ke Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.
“Tidak ada riwayat kejiwaan. Cuma kakak ini ada mengamalkan sesuatu yang mengolah otaknya kada sanggup menerima,” ujarnya.
Dari RSJ, Arifa dan barulah keluarga berencana ke Polres Banjarbaru. Sebab, Arifa masih menaruh harap ke siapa saja yang telah diberi emas oleh Ricky secara sukarela mengembalikannya kepada pihaknya.
"Itu emas hasil pembelian dua bulan. Sengaja disimpan oleh kakak saya untuk dijualnya saat harga emas membaik. Saat itu pikiran kakak saya masih normal," pinta Arifa.
Pasca-postingan Arifa yang mengatakan ciri-ciri pria membagi-bagikan butiran emas itu mirip dengan kakaknya, ia pun telah dihubungi beberapa orang mengonfirmasi juga diberi emas. Termasuk pihak Samsat Banjarbaru.
“Kemarin sore nelepon, tapi kami belum bisa mendatangi ke Polres, karena kakak ulun mau kami bawa ke rumah sakit dulu untuk diobati dulu,” jelas Arifa.
Selain dari Samsat, sudah banyak juga warga yang mengonfirmasi kalau Ricky juga masuk ke rumah-rumah untuk membagikan emas. Sementara untuk di Darul Muttaqin, Arifa memilih mengikhlaskannya.
“Karena telah digunakan untuk keperluan habsyi dan kebaikan, kami mengikhlaskannya,” pungkasnya.
Dilengkapi oleh Nurul Mufidah