Kalsel

Masih Terkenang, Pesan Terakhir Guru Zuhdi

apahabar.com, BANJARMASIN – Sehari setelah Ulama kharismatik Kalimantan Selatan, KH Ahmad Zudiannoor meninggal dunia, duka masih…

Featured-Image
KH Ahmad Zuhdiannoor saat menyampaikan siaran persnya terkait upaya pencegahan Covid-19. Foto-Istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN – Sehari setelah Ulama kharismatik Kalimantan Selatan, KH Ahmad Zudiannoor meninggal dunia, duka masih dirasa.

Namun, satu pesan terakhir kepada jemaahnya yang dibuat resmi oleh Abah Guru Zuhdi, begitu ulama itu disapa, melalui video berdurasi 3 menit 51 detik, 23 Maret lalu.

Waktu itu, video dibuat dalam rangka menyikapi pandemi Covid-19 di Kalsel, termasuk menginformasikan libur pengajian.

Video itu dibuat usai pertemuan sejumlah jajaran Kepolisian/TNI dan pemerintah daerah serta alim ulama di Perumahan Kota Citra Graha Banjarbaru.

Dalam pertemuan ini hadir langsung Kapolda Irjen Yazid Fanani, Gubernur Kalsel diwakili Sekda Provinsi Kalsel Abdul Haris Makkie, Danrem 101/Antasari, Wakapolda Kalsel beserta Pejabat Utama Polda Kalsel, Kapolresta Banjarmasin dan Kapolres Banjarbaru.

Guru Zuhdi dalam pesannya mengajak semua masyarakat untuk sama-sama membantu petugas pencegahan Covid-19.

Terutama agar tidak melakukan aktifitas dan berkumpul orang banyak di luar rumah, terkecuali penting.

"Melihat keadaaan terutama sekitar Kota Banjarmasin, Kalsel, terkhusus wabah virus corona (Covid) yang mulai menyebar kita semua harus waspada, dan terus waspada dalam mengadapi ini," ujar Guru Zuhdi.

"Kepada seluruh masyarakat terutama masyarakat Kalsel, Banjarmasin, bahwa seluruh kegiatan ulun, pengajian, dimana pun itu diliburkan, dan kita sama-sama bekerja sama membantu seluruh jajaran yang terkait," lanjutnya.

Guru Zuhdi sangat mengapresiasi upaya petugas yang telah berjuang sepenuh hati selama ini dalam membantu masyarakat menghadapi virus Corona.

"Kasihan mereka bekerja siang dan malam, pagi dan sore. Tapi hasil yang mereka lakukan, mungkin tidak akan berguna kalau kita masyarakat tidak membantu dan menolong mereka," timpalnya.

"Maka dengan kerjasama, mereka bekerja, yang ahlinya mencari dan berusaha menemukan jalan keluar, kita pun sama-sama membantu menolong bekerjasama dengan menutup segala kegiatan majelis taklim, terkhusus yang ulun pimpin," lanjut Guru Zuhdi.

Di antaranya, di Masjid Ar-Raudhah (Sungai Andai) pada Senin Malam, Masjid Harun Aliyah Kota Citra Graha pada Selasa sore, Mushala Darul Aman Teluk Dalam pada Rabu malam, Masjid Sabilal Muhtadin (Kamis malam), Jum'at malam di kediaman beliau sendiri serta di Masjid Jami Banjarmasin pada malam Minggu.

"Dan setiap jadwal yang mungkin ada janji, ulun batalkan ulun liburkan. Ini semua adalah bantuan dan kerjasama kita dari masyarakat kepada para pemerintah dan orang-orang yang bertugas," terang Abah Haji, demikian Guru Zuhdi juga akrab disapa.

Tak lupa, Guru Zuhdi juga mengajak semua pihak untuk terus berupaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.

"Kita selain berusaha seperti ini tetap berusaha berdoa dan memohoan kepada Allah SWT, agar kita cepat terhindar dari bala dan musibah," pintanya.

"Selain daripada itu ulun secara pribadi memohon kepada masyarakat Banjar agar jangan keluar rumah kecuali penting, jangan jalan-jalan kumpul di suatu tempat tanpa ada alasan yang penting," pesannya lagi.

Menurut Guru Zuhdi, di tengah kondisi saat ini, lebih baik masyarakat berdiam diri di rumah dengan memperbanyak ibadah.

"Bahkan sesungguhnya di rumah sambil berzikir membaca istigfar adalah salah satu langkah yang baik dan terbaik menghadapi ini semua," saran Guru Zuhdi.

"Pesan terakhir saya dari pada ulun, mari kita sama-sama mencari solusi bukan saling salah menyalahkan. Mari kita sama-sama saling memperbaiki bukan dengan cara siapa yang salah," tandasnya sembari meminta maaf minta rida.

Seperti diketahui, Guru Zuhdi meninggal dunia dalam usia 48 tahun.

Ulama terkenal humoris ini tutup usia usai divonis mengidap kanker paru.

Putra KH Muhammad, salah satu pemimpin Ponpes Al Falah ini, sempat di rawat RS Medika Jakarta.

Namun, sejak Jumat lalu, kondisi ulama kelahiran Banjarmasin 10 Februari 1972 ini makin kritis. Hingga akhirnya dipanggil sang pencipta, Sabtu (2/5).

Editor: Ahmad Zainal Muttaqin



Komentar
Banner
Banner