Kalsel

Ledakan Kasus Covid-19 di Kalsel, Apa Penyebabnya?

apahabar.com, BANJARMASIN – Kasus Covid-19 di Kalsel kembali meledak di Desember 2020. Penyumbang terbesar datang dari…

Featured-Image
Ilustrasi perawatan pasien Covid-19. Foto-Net

bakabar.com, BANJARMASIN – Kasus Covid-19 di Kalsel kembali meledak di Desember 2020. Penyumbang terbesar datang dari Banjarmasin.

Di penghujung tahun ini, persisnya per tanggal 5-12 Desember ada penambahan 91 kasus baru di Banjarmasin.

Akibatnya dua kelurahan di kota berjuluk seribu sungai ini merah lagi. Pelambuan dan Pemurus Baru.

Kepala Dinas Kesehatan Banjarmasin Machli Riyadi membeberkan alasannya. Pertama, penambahan kasus baru karena masyarakat terlena. Disiplin penerapan protokol kesehatan Covid-19 mulai kendor.

Kedua, faktor lain disebut Machli karena banyaknya masyarakat yang menggunakan masker scuba. Machli menilai masker jenis itu tak efektif mencegah penularan.

“Kelonggaran disiplin masyarakat terhadap protokol kesehatan. Salah satunya tak menggunakan masker standar. Jangan memakai masker scuba. Masker scuba itu sama dengan tak bermasker,” kata Machli, Minggu (13/12).

Ini versi dari pemerintah. Namun lain cerita jika melihat dari sudut pandang akademisi.

Nah disini, pemerintah diminta mengintrospeksi diri. Tak bisa jika hanya menyalahkan kelalaian dari masyarakat. Tentu ada faktor penyebab mengapa kedisiplinan masyarakat dalam protokol kesehatan kendor.

Pakar Covid-19 Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Hidayatullah Muttaqin memberikan contoh penyebabnya.

Muttaqin menyebut, pelonggaran kegiatan ekonomi dan aktivitas masyarakat, termasuk adanya liburan panjang di akhir Oktober lalu salah satu faktor utama.

“Ini yang memicu ledakan nasional pada bulan November yang dampaknya mulai tergetar di Kalsel pada dua minggu pertama Desember ini,” ujar Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan ULM ini.
Kondisi ini diperparah dengan munculnya rasa aman akibat penetapan zona hijau. Yang disebut Muttaqin sebagai angin surga bagi masyarakat. Namun sebenarnya itu sangat membahayakan.

“Masyarakat makin abai protokol tersebut karena angin surga zona hijau dan kebijakan pelonggaran. Hingga masyarakat merasa sudah aman,” imbuhnya.

Lebih jauh, Muttaqin mengungkapkan jika terus dibiarkan, potensi ledakan kasus ini sangat mungkin terjadi kembali.

Terlebih apabila pertemuan kendornya penerapan protokol kesehatan dengan momen pilkada dan libur panjang akhir tahun 2020 terjadi.

“Potensi ledakan Desember ini adalah akibat pertemuan antara penerapan protokol kesehatan yang semakin menurun oleh masyarakat dan pemerintah daerah dari sisi regulasi dengan dampak momen pilkada, dan liburan panjang akhir tahun,” tukasnya.

Komentar
Banner
Banner