Tak Berkategori

Lebaran Sebentar Lagi, Perajin ‘Parcel’ Kebanjiran Rezeki

apahabar.com, BANJARMASIN – Tradisi memberikan bingkisan hantaran atau Parcel kerap dilakukan masyarakat Indonesia saat hari besar…

Featured-Image
Keranjang Parcel bertumpuk di tempat milik Wartini di Jalan RK Ilir No. 140 RT. 21.Foto – apahabar.com / AHC 09

bakabar.com, BANJARMASIN - Tradisi memberikan bingkisan hantaran atau Parcel kerap dilakukan masyarakat Indonesia saat hari besar seperti lebaran. Mulai dari makanan, bunga, benda elektronik hingga beragam jenis benda lainnya untuk dihadiahkan kepada kerabat dan kolega terdekat.

Salah satu yang mendapatkan keuntungan dari hal ini adalah para perajin keranjang parcel. Wartini misalnya, warga Jalan RK Ilir No. 140 RT. 21 ini sudah puluhan tahun menekuni bisnis produksi pengolahan keranjang parcel.

"Usaha ini adalah bisnis keluarga, saya dan anak saya yang meneruskan sampai sekarang. Sudah lebih 30 tahunan lah," ucap Wartini saat ditemuibakabar.com, Rabu (22/5) siang.

Wanita paruh baya yang sehari-harinya menjadi perajin rotan ini memanfaatkan momen Ramadan untuk menjual keranjang parcel. Untuk pasokan bahan, ia mendatangkan dari kawasan Barito.

"Kalau hari biasa cuma bikin keranjang untuk produksi bangunan, kalo parcel cuma setahun sekali. Tapi kami mulai bikinnya sudah 4 bulan sebelum Ramadan, karena dari jauh-jauh hari biasanya sudah ada pesanan. Tapi kalau ada yang mau beli per buah juga bisa, kami tidak membeda-bedakan harga," ungkapnya.

Dibantu delapan pekerja yang merupakan tetangga sekitarnya, dalam satu hari mereka dapat memproduksi sekitar seratus buah keranjang dengan berbagai ukuran.

"Selama bulan puasa sistem kerjanya dari pagi hingga jam 11 malam, tapi kerjanya santai aja lah. Untuk harga bermacam-macam mulai dari harga 13 ribu hingga 35 ribu, tergantung ukurannya," jelasnya.

Meskipun memiliki pelanggan tetap, menurut Wartini omset penjualan di tahun ini cukup menurun. Imbauan pemerintah tentang larangan gratifikasi membuatnya kehilangan beberapa pelanggan. Padahal dulu sebutnya, bisa meraih omset hingga puluhan juta rupiah.

"Kalau dulu perusahaan besar seperti Bank-Bank sering pesan di sini, tapi setelah adanya larangan tersebut kata mereka sih takut dikira menyuap. Semoga lah tahun-tahun selanjutnya diperbolehkan, biar usaha kami tetap lancar," terangnya.

Sejak kepergian suaminya dua tahun yang lalu, Wartini harus mencukupi kebutuhan hidup bersama dua orang anaknya dengan mengandalkan usaha yang telah dirintisnya puluhan tahun tersebut.

"Usaha parcel ini kan cuma setahun sekali, lumayan lah buat menambah penghasilan. Kalau hari biasa menjual keranjang bangunan hanya cukup untuk makan sehari-hari," ujarnya

Baca Juga: Ipau Jadi Primadona di Pasar Wadai Banjarbaru

Baca Juga: PNS Dapat THR, Ribuan Guru Honorer Kalsel Gigit Jari

Reporter : AHC09
Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner