Lebaran Di Indonesia

Lebaran Muhammadiyah dan NU Sering Berbeda, Kenapa?

Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, waktu lebaran versi Muhammadiyah dan NU belum tentu sama. Sebab, keduanya menggunakan metode perhitungan yang berbeda

Featured-Image
Ilustrasi suasana lebaran. Foto: Dok. Tirto.

bakabar.com, JAKARTA - Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia sudah mengumumkan waktu lebaran atau Idulfitri di tahun ini, yaitu pada 21 April 2023. Namun, tidak demikian dengan organisasi lainnya, Nahdlatul Ulama (NU).

Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, waktu lebaran versi Muhammadiyah dan NU belum tentu sama. Misalnya saja pada 2011 lalu, Muhammadiyah melangsungkan salat Id per 30 Agustus, sedangkan NU baru sehari setelahnya.

Perbedaan itu dikarenakan kedua organisasi tersebut menggunakan metode perhitungan hilal yang berbeda pula. NU menggunakan metode rukyatul hilal bil fi’li, sementara Muhammadiyah berlandaskan metode hisab.

Melihat Hilal versi NU

NU meyakini bahwa rukyatul hilal lebih tepat digunakan untuk menentukan waktu Idulfitri. Sebab, metode ini melihat dari perspektif fiqh, yang bersandarkan pada hadits Rasulullah hingga pendapat para ulama salafus shaalih.

Adapun cara untuk menentukan waktu lebaran menggunakan metode rukyatul hilal dimulai dengan penempatan tim falakiah di berbagai titik di seluruh wilayah Indonesia. Ini bertujuan untuk memantau kemunculan hilal.

Ada tiga cara melakukan rukyatul hilal: mengandalkan mata telanjang, alat optik teleskop, serta penggunaan teleskop yang terhubung dengan sensor atau kamera. Manakala hilal (bulan sabit) tidak terlihat, maka bulan Ramadan berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari. 

Metode Hisab ala Muhammadiyah

Sementara itu, Muhammadiyah menggunakan metode hisab yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid. Dasar penetapannya ialah hasil pemantauan hilal, ijtimak, atau konjungsi antara matahari dan bulan jelang Syawal.

Ijtimak (konjungsi) terjadi sebelum matahari terbenam. Hal ini mengingat satu siklus satu bulan secara astronomis dari konjungsi ke konjungsi, atau ijtimak ke ijtimak.

Lalu, ketika hari ijtimak, harus terjadi sebelum matahari terbenam. Pergantian bulan harus sesuai dengan pergantian hari. Selanjutnya, saat matahari terbenam, bulan masih di atas horizon atau di atas ufuk untuk memastikan matahari ada di sebelah barat bulan dan bulan di sebelah timur matahari.

Editor


Komentar
Banner
Banner