bakabar.com, BARABAI – Senator DPD di MPR RI, Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna kagum dengan umat Hindu di Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel.
Sejak setahun yang lalu atau 2020, anggota senat di Senayan ini rupanya telah mendengar kegigihan umat Hindu dalam membangun puranya di Desa Labuhan, Kecamatan Batang Alai Selatan (BAS).
President the Hindu Center of Indonesia ini pun kagum dengan Pura Agung Datu Magintir yang hampir selesai dibangun. Sebab pura ini termasuk paling besar di luar Pulau Bali.
“Saya salut mendengar cerita gotong royong dari umat Hindu di Labuhan ini. Penggalangan dana seluruh Indonesia termasuk Bali,” kata Arya Wedakarna usai sembahyang di Pura Datu Magintir di Labuha, Senin (7/6).
Dia pun mendorong umat Hindu di Labuhan agar berkembang. Terutama terhadap pura yang belum rampung di bangun itu.
Arya Wedakarna berharap, desain pura yang ada itu tidak hanya mengambil ornamen dari pura yang ada di Bali. Dia menyarankan agar menerapkan budaya lokal, khas masyarakat Meratus.
“Contoh seperti di Jawa. Ornamennya seperti candi. Kemudian ada cara pakaiannya, upacaranya. Ini agar ada perubahan. Jangan copy paste semua dari Bali. Tapi memang ada simbol persatuan,” terang lelaki kelahiran Denpasar 1980 silam ini.
Banyak petuah yang diberikan Arya kepada umat Hindu di Labuhan. Tertutama mendorong dan menjaga persatuan tolersnsi hingga mencerdaskan anak muda di Meratus.
Arya menyebutkan umat Hindu, khsusunya di Kalimantan mengalami kemunduran. Kemunduran ini terjadi sejak runtuhnya Kerajaan Kutai pada abad ke 4.
“Kita sekarang minoritas. Umat Hindu hanya tinggal 8 juta saja,” kata Arya.
Karena itu, dia berharap umat Hindu harus didorong agar berkembang. Terutama dalam pendidikan agama Hindu.
Hal itu dilontarkanya ketika ada aspirasi umat Hindu agar guru agamanya bisa mengajar di dalam ruang sekolah. Baik SD, SMP hingga SMA.
Dijelaskan Arya, kebutuhan guru agama Hindu berjalan baik di Pusat, baik dari Kemenpan RB, Kementerian Pendidikan dan Kemenag.
Bahkan dari peraturan Kemenag 2014 ada celah untuk menambah penyuluh guru Hindu. Tinggal menunggu aspirasi dari daerah untuk kebutuhannya.
“Memang tadi ada aspirasi bahwa guru yang sudah diberi SK tidak diizinkan mengajar. Seharusnya guru itu mengajarnya di sekolah. Bukan di tempat ibadah. Saya akan urus itu, kami komunikasikan dengan senator Kalsel. Yang penting tidak boleh ada deskriminasi,” tutup Arya.
Kedatangan Arya Wedakarna ini diakhiri dengan memberikan Pusaka Majapahit Tri Ananta yang akan disucikan, kitab suci dan sumbangan untuk pembangunan Pura Agung Magintir. Selain itu, Arya juga menyerahkan prasasti sebagai tanda DPD RI dari Senayan telah hadir.
Sebelumnya, jedatangan Arya Wedakarna dan romobongan anggota Komite I Bidang Hukum DPD RI ini dalam rangka mengikuti rapat kerja dengan penjabat Gubernur Kalsel terkait PSU PIlkada.
Di sela-sela kunjungan kerja yang dijadwalkan 7-9 Juni ini, mereka menyempatkan untuk bersilaturahmi ke Labuhan.
“Saya salut dengan umat Hindu di Labuhan. Setalah ini kita akan galang dana untuk bantuan mendirikan pura ini. Semoga ini bisa dituntaskan [pembangunan pura-red] dan diresmikan,” tutup Arya.