bakabar.com, JAKARTA - Komuditas beras masih jadi penyumbang utama inflasi sepanjang September. Badan Pusat Statistik (BPS) punya catatannya.
"Beras menyumbang angka inflasi mencapai 5,61 persen secara bulanan dengan andil inflasi 0,18 persen," Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, Senin (2/10).
Secara tahunan, inflasi beras sebesar 18,44 persrn. Memberikan andil 0,55 persen.
Baca Juga: Kunjungi Pasar Sederhana Bandung, Zulhas: Harga Beras Sudah Turun
Kata Amalia, kenaikan harga beras terjadi akibat penurunan produksi padi. Ini dampak dari El Nino.
Kenaikan harga beras itu terjadi di semua lini. Baik di tingkat penggilingan, grosir maupun eceran.
Di tingkat penggilingan, rata-rata harga beras pada September naik 10,33 persen. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu kenaikan mencapai 27,43 persen.
Sedangkan di tingkat grosir, rata-rata harga beras pada September tadi naik 6,29 persen. Dilihat periode tahunan, kenaikan mencapai 21,02 persen.
Sementara dari tingkat eceran, sudah naik 5,61 persen untuk bulanan. Lalu tahunannya melambung ke angka 18,44 persen.
"Jadi kenaikan harga beras ini dikontribusikan terganggunya dari sisi supply," ucap Amalia.
Harga beras naik cukup tajam. Terjadi di sentra-sentra produksi padi nasional. Seperti Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Baca Juga: Kunjungi Pasar Merdeka Samarinda, Jokowi Temukan Harga Beras Tinggi
Di sisi lain, kata Amalia, beberapa negara juga mengalami penurunan produksi. Seperti Thailand, Vietnam dan India.
Bahkan India dan Vietnam saat ini telah menyetop ekspor beras. Mereka lebih memilih memenuhi kebutuhan dalam negeri sendiri.
"Namun berdasarkan data yang dihimpun trading economic inflasi pangan Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan inflasi negara lainnya," tutupnya.