bakabar.com, MARABAHAN - Disambut tarian dan taburan beras kuning, lima verifikator dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tiba di Desa Danda Jaya, Kecamatan Rantau Badauh, Barito Kuala (Batola), Kamis (7/9).
Kedatangan mereka dalam rangka verifikasi lapangan Program Kampung Iklim (Proklim) 2023. Verifikasi ini akan mempengaruhi status Proklim Lestari yang berusaha diraih Danda Jaya.
Verifikator dari KLHK diterima Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Batola, Suyud Sugiono, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH), TP PKK dan DWP, sejumlah kepala SKPD, BPBD, dan para pelaku usaha lokal.
Diketahui Proklim Lestari adalah tingkatan tertinggi dari pengakuan terhadap partisipasi aktif masyarakat yang melaksanakan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Adapun jenjang yang telah dilewati dimulai dari Proklim Pratama, Proklim Madya, dan Proklim Utama. Khusus Proklim Utama, diraih Danda Jaya sejak 2019 lalu.
Untuk mencapai Proklim Lestasi, terdapat tiga indikator yang dinilai dalam verifikasi. Salah satunya calon desa lestari sudah melakukan pembinaan Proklim ke minimal 10 lokasi-lokasi lain.
Kemudian indikator berikutnya adalah peningkatan kegiatan dari tahun pertama menjadi Desa Proklim hingga sekarang menjadi calon Desa Lestari.
Sementara indikator terakhir dengan bobot nilai paling besar adalah penguatan kelembagaan yang merupakan wadah keberlangsungan kegiatan di Danda Jaya.
"Indikator-indikator tersebut telah dilakukan. Salah satunya menentukan 10 desa yang dibina Danda Jaya," papar Fahriana, Kepala DLH Batola.
"Diharapkan desa binaan tersebut dapat membina desa yang lainnya, sehingga semua desa di Batola menjadi Desa Proklim," imbuhnya.
Dalam verifikasi tersebut, verifikator di antaranya akan langsung memeriksa penampungan air sebagai antisipasi kekeringan, serta pengelolan sampah.
"Untuk mencapai Proklim Lestari, kami juga berharap
sinergisitas antar-SKPD, organisasi kemasyarakatan dan pelaku usaha," tegas Fahriana.
Sementara Kepala Desa Danda Jaya, Diyono, menjelaskan beberapa upaya dalam hal adapatasi dan mitigasi perubahan iklim.
"Seperti pengelolaan sampah limbah padat dan cair, juga menggunakan energi terbarukan dengan memanfaatkan sisa limbah pertanian," jelas Diyono.
"Kami juga melakukan penghematan energi, budidaya pertanian yang rendah emisi, termasuk mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan dan lahan," imbuhnya.
Sedangkan di desa binaan, Danda Jaya menginisiasi pemberdayaan kembali masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat tidak memerlukan biaya besar.
"Seperti penggunaan pupuk organik, memanfaatkan bank sampah, serta optimalisasi hasil pertanian padi, jeruk, dan jamur," pungkas Diyono.