bakabar.com, JAKARTA - Kisah mualaf-nya seorang mantan politikus Belanda sayap kanan, Joram van Klaveren, menarik untuk disimak. Dia yang semula sangat membenci Islam, bahkan bermaksud menulis buku anti Islam, malah menemukan kebenaran yang selama ini dicarinya.
Joram adalah seorang politikus Belanda sayap kanan dikenal sebagai partai anti Islam. Sejak kecil, dia adalah pemeluk agama non-Muslim yang cukup taat. Dia rutin pergi ke tempat ibadah membaca kitab, mempercayai surga dan neraka. Namun dia mengaku mulai mempertanyakan ajaran itu dan banyak berkonsultasi tentang ini sejak berumur belasan.
"Percaya atau tidak, itu masih sangat kompleks. Karena jika ada Tuhan di dalam kitab, dikatakan Tuhan itu kekal. Tetapi jika Anda Abadi dan pada saat yang sama, Anda mati. Anda tidak bisa menjadi Abadi. Jadi itu adalah sesuatu ketika saya berumur 16, 17, mulai mempertanyakan hal-hal seperti itu," jelasnya seperti dilansir Republika yang mengutip video yang diunggah di akun YouTube Towards Eternity.
Namun pikiran itu kemudian dia pendam dalam-dalam dan berpikir bahwa ketidakmampuannya untuk memproses informasi itu adalah karena kurangnya pengetahuan. Dia mempercayai adanya Tuhan.
Minatnya kepada isu agama membuatnya mengambil jurusan perbandingan agama di universitas dan kemudian melihat agama-agama lain, termasuk Islam. Tapi citra Islam di matanya, kala itu, sangat buruk terutama setelah kejadian pembunuhan tragis sutradara Theo Van Gogh oleh seorang Muslim.
"Jadi itu memperkuat perasaan anti-Islam saya seperti yang saya pikirkan. Yah, saya harus menjadi aktif secara politik untuk melakukan sesuatu dan menghentikan kejahatan ini atau merugikan negara kita," ujarnya.
"Itulah alasan saya ingin menulis buku untuk menjelaskan orang-orang, mengapa Islam adalah bahaya bagi dunia," tambahnya.
Namun upaya melemahkan Islam ini justru membuatnya mendalami ajaran Islam yang dianggapnya logis dan menjawab pertanyaan tentang Ketuhanan yang selama ini dipertanyakannya. Keesaan Tuhan dinilainya adalah ajaran yang logis dan mulai membuat kesimpulan bahwa Tuhan Islam adalah yang benar.
Dia juga kemudian mendalami tentang Nabi Muhammad SAW, terkait sejarahnya dan perilakunya selama hidup. Setelah mendalami ini, dia juga menyimpulkan Muhammad adalah Nabi. Joram menyadari bahwa penelitiannya ini telah menjurus ke jalan yang berbeda dari tujuan awal dan mencoba meneguhkan diri agar tidak mempercayai dua hal itu (syahadat).
"Ini mengerikan. Karena saya sudah menerima Keesaan Tuhan ini. Dan sekarang saya katakan dia (Muhammad) adalah seorang Nabi. Jika saya katakan hanya ada satu Tuhan dan Muhammad adalah Nabinya, itu hampir seperti syahadat. Jadi saya berpikir, oke, mari kita tutup buku. Hentikan ini, saya pergi ke arah yang salah," katanya.
"Yah saya menyimpan semua buku dan meletakkan buku-buku itu di rak yang tinggi. Tapi dari begitu banyak buku, salah satu buku yang jatuh dari rak adalah Alquran dan ketika saya mengambilnya, tangan saya berada di halaman tepat di surat 22 (Al Hajj) ayat 46 dan dikatakan bahwa bukan mata yang buta. Tapi hati. dan saya berpikir, itu benar-benar masalah saya," tambahnya.
Setelah momen itu, ia memutuskan untuk bersyahadat dan memberitahukan keputusannya kepada publik. Keputusan yang membuatnya mendapat ribuan ancaman kematian dan tanggapan negatif dari pemilihnya. Namun ia tetap pada pendiriannya dan mengajak orang-orang untuk lebih mengenal Islam.
"Cobalah untuk membaca dan mempelajari kehidupan Nabi. Coba pahami apa yang diyakini orang Muslim. Tidak begitu banyak perilaku Muslim karena ada banyak Muslim yang tidak hidup seperti Muslim termasuk saya sendiri. Saya tidak selalu hidup, seperti seorang Muslim.
Tetapi Anda harus melihat contoh dari semua contoh dan itu adalah Nabi. Dan jika Anda mempelajari hidupnya, mungkin Anda menemukan petunjuk yang menuntun Anda pada kebenaran," katanya.
Walhasil, kisah mualaf-nya Joram van Klaveren, menyajikan pelajaran penting, terutama bagi umat Islam; betapa pentingnya menyelami ajaran agama sendiri dan memahami bahwa pembenci Islam terkadang berangkat dari ketidaktahuan pada Islam. Sebagaimana yang terjadi pada Joram, dia bahkan menemukan kebenaran ketika ingin menulis buku anti Islam.