Olahraga

Ketua PBSI Kotim Soroti Minimnya Peran Sekolah dalam Pembinaan Atlet

PBSI Kabupaten Kotim mengkritik minimnya dukungan sekolah dalam pembinaan atlet bulutangkis usia dini,

Featured-Image
Ketua PBSI Kotim, Cindra, bersama para atlet yang juara di liga pelajar turmanen bulutangkis, belum lama ini. Foto: bakabar.com/Ilhamsyah Hadi

bakabar.com, SAMPIT - Ketua PBSI Kotim, Cindra, melontarkan kritik terhadap minimnya dukungan sekolah dalam pembinaan atlet bulutangkis usia dini, terutama setelah ditiadakannya ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) oleh Pusat Prestasi Nasional di tahun 2025 ini.

Menurutnya, peniadaan itu membuat banyak atlet pelajar kecewa, sehingga ia bersama Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) setempat berinisiatif menggelar turnamen alternatif bertajuk Liga Pelajar.

"Ini kita selenggarakan bersama dengan Dispora karena ada peniadaan O2SN. Jadi kami mengambil langkah supaya atlet-atlet tidak kecewa dengan dihapuskan O2SN tahun ini," ujar Cindra. Saat dikonfirmasi media ini, Minggu (18/05/2025).

Selanjutnya, turnamen bulutangkis ini rencananya akan digelar kembali pada bulan Agustus dengan harapan mendapat dukungan penuh dari Dispora dan Bupati Kotim.

Ia menyebutkan antusiasme peserta, khususnya di tingkat usia dini, sangat tinggi. Bahkan peserta berasal dari berbagai wilayah, termasuk SD Bina Bangsa Eka Cipta dan daerah perkebunan sawit.

Namun di balik antusiasme itu, Cindra menyoroti kurangnya perhatian dari pihak sekolah dalam membina atlet. Ia mengungkapkan bahwa perkembangan pembinaan justru lebih pesat di klub-klub swasta dibandingkan di sekolah-sekolah formal.

"Untuk pembinaan masing-masing klub di Sampit sudah bagus. Perkembangannya lebih luas, banyak di klub, sedangkan sekolah kurang. Memang ada beberapa sekolah yang mendukung, bahkan ada yang menggratiskan biaya latihan di klub tempat siswa berlatih," tambahnya.

Ia menekankan pentingnya peran sekolah dalam mendukung Kurikulum Merdeka yang menekankan pada pengembangan minat dan bakat siswa. 

Menurutnya, sudah seharusnya sekolah ikut berkontribusi dengan menyediakan fasilitas dan akses latihan bagi siswa yang memiliki potensi di bidang olahraga.

“Kita sangat mendukung Kurikulum Merdeka karena mengutamakan bakat siswa. Tapi seharusnya sekolah juga memfasilitasi semua itu,” tegas Cindra.

Kritik ini menjadi peringatan bagi dunia pendidikan di Kotim untuk tidak melepas tanggung jawab dalam pembinaan atlet muda dan lebih proaktif menjalin kerja sama dengan pihak eksternal demi mendukung potensi pelajar di bidang olahraga.

Editor


Komentar
Banner
Banner