Kalsel

Kesaksian Pasien Pertama Covid-19 yang Sembuh di Ambulung

apahabar.com, BANJARBARU – Kabar gembira datang dari Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Beberapa pasien yang sempat dikarantina di…

Featured-Image
Tim Medis Gugus Tugas Covid-19 Kalsel, Sukamto bersama dua orang pasien sembuh, Rosi (tengah) dan Hairun (masker oranye) saat ditemui di Karantina Ambulung Banjarbaru, Jumat (22/5) sore. Foro-apahabar.com/Nurul Mufidah

bakabar.com, BANJARBARU – Kabar gembira datang dari Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Beberapa pasien yang sempat dikarantina di Ambulung dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Dua di antaranya berhasil ditemui oleh bakabar.com, Jumat (22/5) sore. Air mukanya tampak santai. “Awalnya takut, ada pikiran yang aneh-aneh, tapi enjoy,” ungkap Rosi, pasien pertama sembuh kepada bakabar.com. “Setelah masuk. Kesan takut berubah, karena banyak yang suport, lingkungan suport jadi saya semangat. Di sini dikasih vitamin dan motivasi agar jangan stres,” lanjutnya.

Rosi dengan gamblang bercerita bagaimana ia bisa terpapar Covid-19 hingga dikarantina. “Saya pasien pertama positif yang sembuh,” jelas dia.

Awal terjangkit ia tidak merasakan gejala apa apa. “Lalu saya ditracking karena kontak erat atasan saya, menurut rapid test saya reaktif, lalu saya isolasi diri di rumah,” ceritanya.

Tak lama, Rosi mengikuti tes swab yang mana hasilnya positif. Langsung ia disuruh karantina di Ambulung.

“Untung keluarga saya negatif semua,” ungkapnya.

Padahal, menurut Rosi, sebelum tahu terpapar virus asal Wuhan itu, ia telah periksa ke salah satu dokter di wilayahnya. Saat itu ia didiagnosis tipes.

“Saya periksa ke dokter, katanya saya kena tipes, karena saya panas sama batuk. Memang ternyata gejala awalnya (Covid-19) itu,” jelas Rosi.

Lantas apa yang ia kerjakan selama isolasi di lokasi karantina milik Pemprov Kalsel itu?

“Kegiatan di sini berjemur dan olah raga, dikasih makan banyak dan diberi vitamin, dua kali hasil swab saya negatif. Dan dinyatakan sembuh,” tutupnya.

Senada dengan Rosi, pengidap Covid-19 yang sembuh lainnya, Hairun S juga menceritakan bahwa karantina itu tak seseram yang dibayangkan.

“Di sini (Karantina Ambulung) menyenangkan. Memang awalnya takut, karena saya lihat berita kan tidak ada obatnya, tapi ternyata tidak seperti yang saya bayangkan,” ucapnya.

Diungkapkan Hairun, bahwa dirinya termasuk dalam kluter gowa dan tanpa gejala.

“Tidak ada gejala apapun awalnya. Saya cuma ngerasa kecapean kelelahan saja, gak ada batuk atau apa. Saya memang ikut rombongan ke Gowa, makanya saya kira kecapean di perjalanan,” ungkapnya.

Lalu, diceritakannya pula ketika awal di-rapid test hasilnya reaktif.

“Rapid test itu hari Sabtu dan langsung reaktif, Seninnya langsung dikarantina di Ambulung, sebulan lebih saya dikarantina,” terangnya.

Hal itu dikarenakan, ia telah menempati karantina Ambulung sebelum dilakukan swab dan dinyatakan positif.

“Sebelum di-swab sudah di sini, jadi lebih lama,” pungkasnya.

Sementara itu Tim medis Gugus Tugas Covid-19 Kalsel, Sukamto membeberkan kiatnya melayani para pasien.

Para pasien di sana sudah dianggap bak tamu. Mereka diperlakukan senyaman mungkin. Apalagi stres, supaya imunitasnya ikut meningkat.

“Kalau tidak tertekan dan stres, imun mereka bisa meningkat. Di sini kami mengidentifikasi orang yang sakit tanpa gejala, tapi bisa menularkan,” ujarnya.

Di Balai Diklat BPSDM Kampus II, Jalan Hambulung Guntung Manggis, Banjarbaru atau sering disebut karantina Ambulung ini memiliki 80 kamar. Masing-masing kamar memiliki dua tempat tidur.

“Kalau kami menempatkan 2 orang dalam kamar itu ada perhitungannya, pertama sama sama positif, kemudian umurnya, kondisinya juga, bukan berarti kita punya 80 kamar harus 2 orang sekamar 2, begitu swab pertama negatif, kita pisah,” jelasnya.

Dirincikannya pula, petugas kesehatan yang ada di Ambulung terdiri dari Dokter Spesialis Paru dan Penyakit dalam (Konsulen).

Kemudian, Dokter Umum 7 orang, Perawat 20 orang, Bidan 4 orang, Farmasi 4 orang, Epidemiologi 2 orang, Gizi 2 orang, ATLM (tenaga Lab) sebanyak 3 orang dan Psikologi Klinis 1 orang.

Selesai menjalani masa karantina, selama 14 hari atau lebih, serta tidak diketemukan gejala gejala dan hasil PCR dua kali Negatif, maka pasien tersebut dinyatakan sehat. Selanjutnya diberikan surat keterangan sehat.

“Kita minta bantuan teman teman, yang merasa OTG jangan diam di rumah, masuk saja ke karantina provinsi, di sini dirawat dan menyenangkan,” ujarnya mengakhiri.

Reporter: Nurul Mufidah
Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner