BELUM lama lahir, Muhammad Tamjid didiagnosis dokter penyakit langka. Bahagia keluarganya pun berbuah duka. Hidup bayi mungil ini bergantung infus RSUD Ulin Banjarmasin.
Ahya Firmansyah, BANJARMASIN
TAMJID anak kedua pasangan Darmansyah (32) dan Dewi Hartati (30). Mereka warga Tambak Bitin, Nagara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS). Usianya baru 10 bulan.
Tamjid didiagnosis dokter menderita sebuah penyakit usus. Dalam bahasa dokternya, shut bowel syndrome.
Enam bulan belakangan, Tamjid harus menjalani perawatan medis di RSUD Ulin Banjarmasin.
“Sampai saat ini kami belum ada pulang ke rumah,” cerita Ibunda Tamjid, Dewi ungkap Dewi, ditemui bakabar.com Rabu (12/2) di Ruang Tulip 2A, rumah sakit milik daerah itu.
3 bulan pertama, Tamjid harus menumpang inap di Rumah Sakit Hasan Basri Kandangan. Tiga bulan kemudian, ia dirujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin.
“Di sini pun kami sudah 3 bulan lamanya tinggal,” sambung Dewi.
Untuk merawat buah hatinya itu, Dewi memilih bergantian dengan sang suami. Sebab, selang infus tak bisa jauh dari bahu sang buah hati.
“Tamjid ini kalau sedang menyusui langsung dikeluarkan lewat buang air besar (BAB), mulai susah sekarang,” jelas dia.
Usus Tamjid baru tadi dioperasi oleh dokter. Dipotong sekitar 1 meter untuk membuang penyumbatan yang terjadi di dalam ususnya.
Saat masih berusia empat bulan, tidak ada keanehan yang tampak dari fisik bayi mungil ini.
Seiring berjalannya waktu, Dewi mulai heran. Perut sang bayi tiba-tiba membesar dan membiru. Kuatir dengan keadaan Tamjid, mereka melarikan sang buang hati ke RS Hasan Basri.
“Sampai di RS, anak kami awalnya dinyatakan terkena invaginasi usus,” jelas Dewi.
Dokter bilang hal itu karena adanya usus yang masuk ke dalam usus lainnya. Usus Tamjid mengeras, membatu dan bengkak.
“Karena saluran itu tertutup akhirnya menyumbat makanan masuk. Akhirnya oleh dokter coba dioperasi untuk dipotong,” ujarnya.
Tiga bulan menjalani perawatan di RS Hasan Basri, kondisi Tamjid tak juga membaik. Dokter di sana merujuk Tamjid ke RSUD Ulin Banjarmasin.
Di RSUD Ulin Banjarmasin kondisi sang bayi tak serta membaik. Sempat dioperasi, kondisi Tamjid susah untuk dikatakan sembuh.
“Dokter RS Ulin menyebut ini adalah penyakit langka yang belum pernah ada di Indonesia, namanya shut bowel syndrome,” ujarnya.
Dokter yang menangani kasus Tamjid, kata Dewi, bilang jenis penyakit ini hanya pernah ditemui di luar negeri.
“Kami pun hanya pasrah. Dokter menyarankan merawat Tamjid melalui RS Hasan Basri Kandangan untuk menjalani perawatannya dekat dari rumah,” tutur Dewi.
Kondisi Tamjid pun kian memprihatinkan. Sebab, dokter pun tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Bayi mungil ini hanya bergantung pada infus yang dipasang.
“Pernah dicoba cabut infus, ternyata dia (Tamjid) langsung drop dan susah bernafas, dia seperti dehidrasi dan lemas. Maka itu sulit untuk mencabut infus, sekarang tidak bisa putus dari infus,” ungkapnya.
Dokter, kata Dewi, sempat memperkirakan hidup Tamjid cuma bisa bertahan tiga hari. “Namun Alhamdulillah ini sudah lebih dari itu,” imbuhnya.
Dewi hanyalah seorang ibu rumah tangga. Hidup keluarganya praktis bergantung dengan sang suami yang bekerja sebagai buruh serabutan.
Kini keluarga Dewi berharap uluran tangan para dermawan untuk membantu perawatan dan kesembuhan sang bayi.
“Untuk perawatan kami pakai BPJS. Meski sudah ditanggung tapi kami tetap harus memperhatikan biaya lainnya. Apalagi kami sudah 6 bulan hanya merawat Tamjid dan belum ada pulang ke rumah, susu untuk Tamjid saja harganya sudah mahal dan itu harus terus menerus diberikan,” tandas Dewi.
Bagi para dermawan yang hendak membantu bayi Muhammad Tamjid dapat menghubungi orang tuanya di nomor +62 852-4981-0414, atau mendatangi langsung RSUD Ulin Banjarmasin, Ruang Tulip 2A.
Baca Juga: Pilkades di Banjar, TNI AD Jamin Netralitas
Baca Juga:Mundur dari SMSI, Media Siber di Kalsel Gabung JMSI
Baca Juga: Usai Ditangkap, Piton-Piton di Banjar Langsung Diborong Warga
Baca Juga: Belasan Piton Bersarang di Kolong Rumah, Mangsa Puluhan Ayam Warga Pekauman
Editor: Fariz Fadhillah